ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Hoarding disorder adalah perilaku gemar menimbun barang lantaran menganggap barang tersebut berguna di kemudian hari, mengingatkan pada suatu peristiwa, atau merasa aman saat dikelilingi benda-benda tersebut.
Pengidap hoarding disorder biasanya menyimpan banyak benda, seperti koran atau majalah, perlengkapan rumah tangga, bahkan pakaian yang sudah kotor dan rusak. Hal ini membuat tempat tinggalnya sempit karena terisi penuh dengan benda-benda yang ditimbun.
Mengacu pada sejumlah penelitian, Psikolog klinis Veronica Adesla mengatakan hoarding disorder biasanya dipicu oleh riwayat pengalaman hidup yang stres dan traumatik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, kondisi hoarding disorder juga bisa dipicu oleh riwayat genetik.
"Genetik bisa menurun, misalnya dari tiga generasi ini adakah yang memang itu mengalami juga perilaku yang sama, hoarding disorder itu 50 persen menurun. Sudah ada di dalam DNA-nya, kecenderungannya kuat," katanya dalam podcast detikSore, dikutip Minggu (25/8/2024).
Meskipun demikian, seseorang yang menimbun barang belum tentu mengidap hoarding disorder. Karenanya, kata Veronica, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui diagnosisnya.
"Nggak bisa, tetap harus dicek dengan psikolog. Kita tidak bisa mendiagnosis orang 'Oh kaya ini keliatannya begini,". Tapi nggak pernah dicek lain-lain, bisa nggak ada gangguan psikotik juga? Mungkin," imbuhnya lagi.
(suc/suc)