ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Seseorang yang mengalami gangguan atau kelainan pada pembuluh darah di otak akan menghadapi masalah serius dan berisiko. Pasalnya, peredaran darah bisa terganggu salah satunya karena ada kelainan pada perkembangan pembuluh darah yang menghubungkan arteri dan vena di otak.
Kelainan tersebut menyebabkan pembuluh darah membentuk seperti benang kusut (disebut nidus). Dalam medis, kondisi ini disebut malformasi pembuluh darah atau Arteriovenous Malformation (AVM).
Terbentuknya nidus di otak dapat berisiko karena nidus sendiri bersifat rapuh dan mudah pecah sewaktu-waktu, berpotensi menyebabkan stroke perdarahan di otak. Contoh kasus AVM pernah terjadi pada seorang pasien laki-laki berusia 39 tahun yang mengalami kelemahan pada anggota gerak sebelah kanan secara mendadak disertai gangguan daya ingat dan bicara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasus itu pun berhasil diatasi melalui tindakan Angiografi Otak (Digital Subtraction Angiography/DSA) dan Embolisasi Endovaskular di Tahir Neuroscience Center Mayapada Hospital Bandung dan ditangani oleh dr. Condrad MP Pasaribu, Sp.N (K) FINS.
Ilustrasi Arteriovenous Malformastion (AVM)
Dokter Spesialis Neurologi Konsultan Neuro Intervensi di Mayapada Hospital Bandung, dr. Condrad MP Pasaribu, Sp.N (K) FINS, menjelaskan kasus AVM seperti yang dialami pasien tersebut ditangani dengan tindakan DSA dan Embolisasi Endovaskular untuk menemukan dan mengatasi penyebab keluhan. Kedua tindakan ini dilakukan dengan memakai bius (anestesi) umum di ruangan Cath lab (ruangan kateterisasi).
"DSA dilakukan untuk melihat gambaran pembuluh darah otak dan juga leher. Caranya dengan memasukkan kateter ke dalam pembuluh darah di lipatan paha dan dinavigasikan sampai ke pembuluh darah leher dan otak dengan bantuan wire dan dipandu dengan fluoroskopi atau sinar X, sehingga didapatkan gambar pembuluh darah leher dan otak secara detail," jelas Dokter Condrad dalam keterangan tertulis, Kamis (19/9/2024).
"Kemudian, dilakukan Embolisasi Endovaskular yaitu bedah minimal invasif (minim sayatan) dengan memasukkan zat khusus yang berfungsi menyumbat aliran darah menuju nidus AVM sehingga mengurangi tekanan di otak, aliran darah di otak kembali normal, dan mencegah pecahnya (ruptur) AVM," imbuhnya.
Ilustrasi DSA (kiri) dan Embolisasi Endovascular (kanan)
Dokter Condrad kemudian menceritakan kondisi pasien setelah tindakan berhasil dilakukan. Ia mengungkapkan Pasca-tindakan, keluhan pasien membaik, dapat berbicara dan bercerita dengan lancar, serta tidak didapatkan nyeri kepala, kelemahan anggota gerak, atau gangguan saraf yang lain.
"Pemeriksaan berkala masih perlu dilakukan untuk memastikan AVM telah sembuh sepenuhnya dan tidak kambuh kembali," ungkapnya.
Sementara itu, Dokter Spesialis Neurologi Konsultan Neuro Intervensi di Mayapada Hospital Surabaya, dr. Dedy Kurniawan, Sp.N (K) FINA menjelaskan penyebab terjadinya malformasi pembuluh darah di otak. Menurutnya, penyebab terbentuknya AVM pada otak belum diketahui dengan pasti, namun diduga terjadi akibat kelainan genetik dan dapat diturunkan dalam keluarga.
"Kebanyakan AVM sudah ada saat lahir dan terbentuk selama perkembangan janin, namun AVM juga dapat terbentuk di kemudian hari. Selain sering terjadi pada otak, AVM juga kerap terjadi pada tulang belakang," tuturnya.
Dokter Dedy menekankan bagaimana gejala pada AVM. Dia mengatakan AVM pada otak dapat terbentuk tanpa menimbulkan gejala sama sekali sampai akhirnya pecah dan terjadi stroke perdarahan di otak.
"Namun pada sebagian orang, beberapa gejala yang dapat dirasakan, seperti nyeri kepala pada satu sisi/area kepala, kejang, kelemahan pada satu sisi anggota gerak, maupun gangguan neurologis lainnya karena ukuran AVM yang semakin membesar dan menekan jaringan otak serta mengganggu aliran pada pembuluh darah otak yang normal di sekitar AVM," jelasnya.
Stroke pendarahan di otak akibat pecahnya AVM merupakan kondisi yang mengancam nyawa dan dapat terjadi secara tiba-tiba. Untuk mencegahnya, salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah dengan pemeriksaan dini.
"Pemeriksaan dini penting terutama untuk siapapun yang memiliki riwayat keluarga dengan gangguan pembuluh darah otak. Semakin dini AVM diketahui, penanganananya juga akan menjadi semakin optimal," saran Dokter Dedy.
Lebih lanjut, pemeriksaan dini serta penanganan AVM seperti kasus di atas dapat dilakukan di layanan Tahir Neuroscience Center yang ada di seluruh unit Mayapada Hospital. Tahir Neuroscience Center merupakan layanan komprehensif untuk penanganan gangguan saraf, otak, dan tulang belakang, mulai dari deteksi dini, diagnosis, tindakan neuro intervensi dan bedah saraf, hingga neuro rehabilitasi.
Tahir Neuroscience Center Mayapada Hospital juga telah berpengalaman menanganani kasus kompleks lainnya dengan tindakan advanced seperti tindakan operasi tumor kepala dan saraf tulang belakang secara minimal invasif, Trigeminal Neuralgia, Deep Brain Stimulation untuk penanganan Parkinson, dan operasi tumor tulang belakang.
(akd/ega)