ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) memiliki sejumlah tantangan ke depan. Salah satunya ialah naiknya investasi untuk penanganan emisi.
Dalam konferensi pers Kinerja Hulu Migas Semester I 2024 lalu, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menerangkan, dunia mengarah ke energi baru terbarukan. Namun, banyak negara mulai realistis terhadap pertumbuhan energi baru terbarukan.
"Sudah barang tentu merupakan kepastian bahwa akan bergerak ke energi baru terbarukan, namun sekarang sudah lebih realistis kira-kira potensi energi baru terbarukan pertumbuhannya seperti apa," kata Dwi pada 19 Juli 2024 lalu.
"Oleh karena itu, sekarang hampir semua orang sangat menekankan kepada aspek ketahanan energi negara masing-masing, security, dan affordability, jadi bagaimana membuat harga energi ini bisa terjangkau begitu," ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, Dwi mengatakan, ke depan energi mesti rendah emisi. Hal ini akan meningkatkan belanja modal (capital expenditure) karena dibutuhkan investasi untuk menangani emisi.
"Kemudian yang berikutnya adalah tekanan untuk bahwa energi ini tidak boleh hanya energi saja seperti masa yang lalu, tapi energi yang rendah emisi. Sehingga proyek-proyeknya terpaksa harus naik capex-nya karena dibutuhkan investasi-investasi untuk menangani masalah emisi," ungkapnya.
Sementara itu, Dwi menuturkan, transisi energi akan mengarah ke gas. Dia bilang, penemuan-penemuan saat ini kebanyakan adalah gas.
Sebagai informasi, detikcom akan menggelar Leaders Forum pada 11 September 2024 yang mengangkat tema Masa Depan Energi RI, Jaga Ketahanan Demi Kedaulatan. Acara ini digelar di Auditorium Bank Mega Jalan Kapten P Tendean Kav 12-14A, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Acara ini juga disiarkan secara langsung melalui di detikcom.
Berbagai persoalan mengenai sektor migas akan dibahas dalam acara ini. Harapannya, akan ditemukan solusi untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
(acd/kil)