ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Bisnis jual-beli barang bekas zaman dulu (jadul) merupakan salah satu jenis usaha yang ternyata sempat sangat menjanjikan. Sebab dari hasil bisnis ini banyak pedagang yang memiliki cukup uang untuk naik haji dan umrah.
Seorang pengepul barang jadul sekaligus kepala pasar antik di Jl Surabaya, Menteng, Jakarta Pusat, bernama Tamim mengaku dulu bisnis tersebut berpotensi menghasilkan pendapatan yang besar. Walaupun ia enggan merinci lebih jauh seberapa besar omzet yang ia dapat.
Ia hanya menjelaskan barang-barang bekas jadul ini dijual dengan proses tawar menawar dengan pelanggan. Maka semakin besar selisih harga jual dari saat mereka membeli barang, semakin besar juga omzet atau keuntungan yang bisa mereka dapat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"(Besar omzet) ya tergantung kita bisa jual berapa kan. Kalau kita bisa nawar lebih tinggi ya untungnya makin banyak kan," kata Tamim saat ditemui detikcom di pasar antik Jalan Surabaya, Rabu (21/8/2024).
"Kalau dulu sih enak karena kan kita bisa patok harga tinggi, cuma kalau sekarang kan orang bisa banding-bandingin sama online jadi harganya nggak bisa tinggi-tinggi banget," tambahnya.
Tamim mengatakan barang yang dijual bernilai puluhan ribu hingga jutaan rupiah tergantung pada jenis, modal beli hingga perbaikan, serta kualitas dan keantikan barang.
Tertinggi, ia mengaku pernah menjual sejumlah barang dengan total nilai sekitar Rp 400 juta dalam satu kali transaksi. Di luar itu ia juga mengaku barang-barang bekas antik yang dijajakannya pernah diborong beberapa kali.
"Kalau tertinggi ya pernah jual barang sampai puluhan juta. Tapi dulu pernah juga jual itu sampai Rp 400 jutaan lah. Ada beberapa barang waktu itu, diborong," ungkapnya.
"Dulu pernah beberapa kali diborong. Kaya pas (krisis) moneter (1998) itu kan dolar lagi gila-gilanya, bank-bank sama turis itu banyak yang beli, karena harga barangnya buat mereka jadi makin murah kan," jelas Tamim lagi.
Dari berbagai keuntungan yang pernah ia dapat, Tamim mendapatkan cukup uang untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah. Menurutnya keuntungan serupa juga diterima para pengepul lain yang ada di pasar antik Jalan Surabaya itu.
"Alhamdulillah saya bisa naik haji sama umrah. Haji sekali sama umrah tiga kali. Pedagang lain juga banyak lah yang dapat banyak waktu-waktu itu," ucap Tamim.
"Yang lain juga sama lah (dapat banyak cuan dari barang bekas jadul). Cuma kan tergantung orangnya kan, yang bisa simpan uang ya bagus. Kalau orangnya boros suka jajan ini itu kan ya uangnya habis juga," terangnya.
Namun menurutnya kondisi bisnis pengepul barang jadul ini sudah mulai surut, terlebih setelah pandemi Covid-19. Sebab sebelum covid menurut Tamim banyak wisatawan yang datang ke pasar antik untuk membeli barang.
"Dulu sebelum pandemi banyak tuh turis yang datang, bisa sekali datang itu enam bus, delapan bus, pernah sampai dua belas bus datang, ramai lah. Cuma setelah pandemi kan mulai berkurang yang datang. Ada sih ada tapi ya satu dua," jelasnya.
"(Saat ini) ada sih ada, cuma nggak seramai dulu. Sehabis covid ya kita menurun, habis covid saja nge-drop. Ya sekarang cuma buat makan-makan gitu aja," tambah Tamim.
Karenanya Tamim mengaku omzet penjualan para pengepul barang lawas di kawasan ini turun lebih dari 50%. Beruntung kondisi ini tidak semakin buruk berkat banyaknya barang jadul yang bisa dijual melalui e-commerce alias toko online.
"Wah kalau dibandingkan sama dulu sih (omzet turun) ada 50% lebih mungkin. Tapi kan ya sekarang ya masih ada saja, cuma turis-turis yang dulu sering mampir paling satu dua saja," papar Tamim.
Simak Video: Menakar Peluang Bisnis Karikatur di Bali di Tengah Gempuran AI
(fdl/fdl)