Kenali Pentingnya USG Karotis & Trans Kranial untuk Pencegahan Stroke

12 hours ago 8
ARTICLE AD BOX
winjudi situs winjudi online winjudi slot online winjudi online slot gacor online situs slot gacor online link slot gacor online demo slot gacor online rtp slot gacor online slot gacor online terkini situs slot gacor online terkini link slot gacor online terkini demo slot gacor online terkini rtp slot gacor online terkini Akun slot gacor online Akun situs slot gacor online Akun link slot gacor online Akun demo slot gacor online Akun rtp slot gacor online informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya winjudi

Jakarta -

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Ungkapan ini sering kali terucap saat berbicara tentang penyakit kronis, salah satunya stroke. Pada dasarnya stroke dapat dicegah sejak dini. Namun, langkah pencegahan stroke harus dilakukan secara menyeluruh, dimulai dari menghentikan gaya hidup tak sehat pemicu faktor risiko stroke seperti hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi, dan merokok.

Tak hanya itu, diperlukan juga pencegahan yang efektif dengan melakukan skrining stroke secara rutin. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir risiko stroke terutama apabila memiliki riwayat stroke dalam keluarga.

Skrining rutin dapat dilakukan dalam beberapa cara. Salah satunya dengan melakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengecek faktor risiko stroke, meliputi kadar gula darah, kadar kolesterol (kolesterol total, HDL, LDL), lemak dalam darah (trigliserida), indikator fungsi ginjal (ureum dan kreatinin), asam urat, dan D-dimer atau faktor pembekuan darah (darah kental).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Skrining stroke dapat pula dilakukan dengan USG Karotis atau Carotid Doppler (CD), yaitu pemeriksaan yang non-invasif (non-bedah) dan aman menggunakan gelombang suara. Metode ini berfungsi untuk mendeteksi gangguan arteri karotis dengan menilai aliran darah di arteri karotis, yaitu pembuluh darah yang terletak di masing-masing sisi leher. Selain itu, USG Karotis juga berguna untuk menilai ketebalan dinding arteri karotis, sekaligus mendeteksi adanya penyempitan atau sumbatan akibat plak pada arteri karotis.

Dokter Spesialis Neurologi Konsultan Neurovaskular Neurotrauma di Mayapada Hospital Bandung Dr. dr. Cep Juli, Sp.N (K) menjelaskan penyempitan atau sumbatan di arteri karotis biasanya disebabkan oleh penumpukan plak dari lemak, kolesterol, kalsium, dan substansi lainnya yang bersirkulasi pada aliran darah.

"Pembentukan plak pada arteri disebut Atherosclerosis yang menyebabkan penurunan aliran darah dan oksigen ke otak sehingga mengakibatkan stroke iskemik/sumbatan. Selain menghambat aliran darah, gangguan pada arteri karotis juga dapat menyebabkan plak membentuk bekuan darah yang kemudian menyumbat pembuluh darah yang lebih kecil. Oleh karena itu, gangguan arteri karotis yang semakin dini terdeteksi dan cepat ditangani, dapat menurunkan risiko terjadinya stroke," ujar dr. Cep dalam keterangan tertulis, Selasa (24/9/2024).

Metode USG Karotis menggunakan fasilitas medis terkini, seperti yang ada di Tahir Neuroscience Center Mayapada Hospital dengan pemeriksaan menyeluruh untuk mencegah stroke. Pemeriksaan ini direkomendasikan untuk pasien dengan kondisi yang dapat meningkatkan risiko stroke.

Kondisi tersebut meliputi, riwayat mengalami stroke ringan atau TIA (Transcient Ischemic Attack) dan jenis stroke lainnya. Selanjutnya, riwayat hipertensi, kolesterol tinggi, penyakit jantung koroner, riwayat stroke atau penyakit jantung dalam keluarga, pengerasan pembuluh darah arteri, atau jika terdengar bunyi abnormal pada arteri karotis menggunakan stetoskop.

"Pada pemeriksaan USG Karotis, dokter akan menempelkan alat transduser USG pada kedua sisi leher secara bergantian. Transduser USG akan memancarkan gelombang suara dan diterjemahkan oleh komputer dalam bentuk gambar bergerak di monitor. Pemeriksaan USG karotis berlangsung selama kurang lebih 30 menit dan umumnya tidak menimbulkan rasa nyeri selama pemeriksaan," jelas Dokter Spesialis Neurologi Fellow Intervensi di Mayapada Hospital Tangerang Dokter Tri Wahyudi, Sp.S FINS FINA.

Selain USG Karotis, terdapat metode lain untuk skrining stroke, yaitu USG Trans Kranial atau Trans Cranial Doppler (TCD) yang juga bersifat non-invasif menggunakan gelombang suara. Metode ini berfungsi untuk menilai ketebalan dinding arteri dan memeriksa ada atau tidaknya penyempitan atau sumbatan pada arteri-arteri otak.

Selain itu, metode ini berfungsi untuk menilai kecepatan aliran darah yang melalui pembuluh darah arteri di dasar otak yang disebut sirkulus Willisi. Sirkulus Willisi bertugas menyediakan aliran darah kolateral (alternatif) untuk bagian depan dan belakang otak yang berguna untuk mencegah kerusakan otak apabila terjadi penyumbatan atau kerusakan pada salah satu pembuluh darah otak.

"Pemeriksaan USG trans kranial juga menggunakan transducer USG yang ditempelkan di belakang kepala, daerah pelipis di atas tulang pipi, dan di atas kelopak mata secara bergantian. Transducer USG akan memancarkan gelombang suara dan diterjemahkan oleh komputer dalam bentuk gambar bergerak di monitor. Pemeriksaan USG trans kranial biasanya berlangsung kurang lebih selama 30-60 menit, dan pasien biasanya tidak akan merasakan nyeri selama pemeriksaan," ungkap Dokter Spesialis Neurologi Mayapada Hospital Kuningan dr. Silvester Christanto, Sp.S.

Adapun USG Trans Kranial dianjurkan bagi pasien dengan penyakit atau kondisi yang mempengaruhi aliran darah otak, meliputi riwayat stroke, baik itu stroke mini atau TIA hingga stroke sumbatan (iskemik).

Kemudian, pasien yang mengalami migrain, riwayat perdarahan pada lapisan pelindung otak (subarachnoid), atau pecahnya (ruptur) aneurisma otak yang menyebabkan kontraksi (spasme) pembuluh darah di otak.

Selanjutnya, pasien dengan penyempitan pembuluh darah otak (stenosis), tekanan di dalam rongga otak (intrakranial) yang tinggi, anemia sel sabit yang menyebabkan darah menggumpal dan meningkatkan risiko stroke, dan gangguan dinding jantung (defek septum jantung) pada anak.

"USG Trans Kranial juga dapat dilakukan sebagai deteksi dini pada pasien yang memiliki risiko gangguan vascular seperti diabetes, hipertensi, merokok, penyakit jantung koroner, kolesterol tinggi, dan obesitas." tambah dr. Silvester.

Apabila ditemukan gangguan pada arteri di otak maupun arteri karotis, penanganan akan dilakukan menyesuaikan kondisi penyempitan yang terjadi. Pada gangguan yang ringan dan sedang, dokter dapat menyarankan perubahan gaya hidup untuk memperlambat pembentukan plak serta pemberian obat-obatan untuk mengendalikan tekanan darah dan kadar kolesterol. Sedangkan pada gangguan yang berat atau sudah sempat menyebabkan TIA atau bahkan stroke, dokter akan mempertimbangkan tindakan invasif (bedah) untuk mengatasi sumbatannya.

Skrining Stroke di Tahir Neuroscience Mayapada Hospital

Meskipun gangguan arteri di otak maupun pada arteri karotis tidak selalu menimbulkan gejala, pemeriksaan tetap perlu dilakukan sebelum stroke menyerang. Berbagai langkah pemeriksaan di atas dapat dilakukan di Tahir Neuroscience Mayapada Hospital.

Tahir Neuroscience Mayapada Hospital merupakan salah satu layanan unggulan Mayapada Hospital yang komprehensif menangani berbagai gangguan saraf, otak, dan tulang belakang . Hal ini termasuk deteksi dini, diagnosis, tindakan neuro intervensi dan bedah saraf hingga neuro rehabilitasi. Layanan ini juga didukung tim dokter multidisiplin yang berpengalaman dalam menangani berbagai kasus saraf.

Tahir Neuroscience Center Mayapada Hospital juga memiliki layanan Stroke Emergency yang siaga 24 jam untuk menangani kasus kegawatdaruratan stroke dengan pelayanan berstandar internasiona, termasuk menerapkan standar protokol penanganan stroke "door to needle" kurang dari 60 menit bagi pasien stroke sumbatan.

Tahir Neuroscience Center Mayapada Hospital juga telah menangani berbagai kasus kompleks dengan tindakan advance seperti Digital Substraction Angiography (DSA), Trigeminal Neuralgia, Deep Brain Stimulation untuk penanganan Parkinson, operasi saraf tulang belakang secara minimal invasif (minim sayatan), dan operasi tumor tulang belakang.

(anl/ega)

Read Entire Article