DPRD Kota Surabaya Dorong Pemkot Agar Bijak dalam Program Bedah Rumah

1 month ago 22
ARTICLE AD BOX
winjudi situs winjudi online winjudi slot online winjudi online slot gacor online situs slot gacor online link slot gacor online demo slot gacor online rtp slot gacor online slot gacor online terkini situs slot gacor online terkini link slot gacor online terkini demo slot gacor online terkini rtp slot gacor online terkini Akun slot gacor online Akun situs slot gacor online Akun link slot gacor online Akun demo slot gacor online Akun rtp slot gacor online informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya winjudi

Jakarta -

Antrean warga Surabaya untuk mendapatkan program bedah rumah atau dandan omah semakin panjang. Angka antrean bedah rumah sudah mendekati 8.000 antrean.

Berdasarkan data dari Komisi C DPRD Kota Surabaya, ada sekitar 2.000 program bedah rumah setiap tahunnya. Sedangkan 2025 mendatang, program bedah sebanyak 2.069 rumah. Hingga saat ini, total antrean program bedah rumah mencapai 7.789.

Pada tahun 2025, anggaran khusus bedah rumah yang disiapkan mencapai Rp 502 miliar. Setiap tahunnya, program tersebut sudah dijalankan oleh Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman serta Pertanahan (DPRKPP) Kota Surabaya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal itu menjadi sorotan Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Laila Mufidah. Menurutnya, program bedah rumah tersebut harus lebih diprioritaskan untuk warga yang benar-benar memiliki rumah yang kurang layak.

"Harus bijak dalam menjalankan program yang menyentuh masyarakat langsung ini. Dandan omah dengan antrean hampir 8.000 itu besok harus diprioritaskan yang paling tidak layak," kata Wakil Ketua DPRD Surabaya Laila Mufidah, dalam kutipan tertulis, Rabu (21/8/2024).

Laila mengingatkan agar antrean bedah rumah dengan konsep rumah tidak layak huni (Rutilahu) itu tidak perlu melihat masa antrean. Namun, lebih melihat pada kondisi yang sebenarnya di lapangan akan mendesaknya hunian warga tersebut. Rumah yang sudah reyot harus disegerakan.

Laila mengaku masih mendapat aduan dari warga bahwa program bedah rumah belum sepenuhnya mengutamakan faktor reyot ini. Bahkan ada laporan jika program ini kadang masih dipengaruhi kedekatan dengan perangkat kelurahan.

Politisi perempuan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu menegaskan bahwa pelaksanaan bedah rumah berikutnya jangan ada lagi faktor kedekatan dengan perangkat.

"Pokoknya yang rumah reyot dulukan. Meski rumah ini baru mendaftar. Jangan sampai menunggu roboh," ungkap Laila.

Saat ini, Surabaya sudah mengadopsi konsep modern dalam menentukan sasaran manfaat bedah rumah, yakni dengan menerapkan pendaftaran secara online. Pendaftaran dapat dilakukan melalui Sapa Warga atau platform Pemkot Surabaya lainnya.

Laila juga meminta Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman dan Pertanahan (DPRKPP) sebagai pelaksana program bedah rumah tidak mengacu pada sistem modern ini. Pendaftaran itu hanya untuk memudahkan warga mengajukan bedah rumah. Yang paling penting adalah kondisi asli di lapangan.

Meski bisa jadi saat pendaftaran online menyertakan foto terkini, tetapi akan jauh lebih akurat dan akuntabel jika dicek langsung di lokasi dengan didukung oleh seluruh perangkat kelurahan hingga tingkat RT dan RW. Inilah dasar yang paling kuat.

Oleh karena itu, pimpinan DPRD Surabaya ini mendesak agar keberadaan perangkat kelurahan, RT, dan RW harus dilibatkan secara aktif dalam penentuan program bedah rumah. Sebab, RT dan RW yang paham persis kondisi asli warganya, kecuali jika mereka tidak turun ke lapangan.

"Kalau ada Pak RT atau Pak RW termasuk LPMK tidak paham kondisi lingkungan dan tidak mengenal detail hingga kondisi warganya, saya sesalkan. Mereka sudah mendapat honor bulanan antara Rp 1 juta - Rp 1,5 juta per bulan," urai Laila.

Pimpinan DPRD Surabaya ini menyadari bahwa program bedah rumah atau dandan omah adalah bagian dari ikhtiar Pemkot Surabaya untuk memenuhi hak dasar warganya akan rumah yang layak huni. Tempat tinggal yang layak di kota sekelas Surabaya adalah keniscayaan.

Dengan kekuatan APBD 2025 yang mencapai Rp 12,3 triliun itu, pemenuhan akan tempat tinggal yang layak harus menjadi salah satu program yang perlu diperhatikan. Laila pun mendorong program ini bisa dinikmati warga Surabaya.

Idealnya, Pemkot Surabaya mempunyai tanggung jawab akan pemenuhan kebutuhan dasar papan (rumah). Salah satu contohnya adalah hunian murah, seperti rusunawa atau rusunami.

Untuk saat ini, bedah rumah adalah program paling realistis meskipun masih belum bisa direalisasikan sepenuhnya.

"Bertahap memang harus mulai dipikirkan program hunian murah bagi warga Surabaya. Minimal rumah susun milik atau rusunami," kata Laila.

Sementara itu, Laila bersama Pemkot Surabaya terus merealisasikan program bedah rumah dan menyelesaikan antrean panjang program itu. Ia menyarankan agar Pemkot Surabaya bekerja sama dengan pihak ketiga.

"Kami mendukung penuh Pemkot Surabaya untuk bergandengan tangan dengan pihak ketiga dalam penuntasan antrean bedah rumah di Surabaya," tandas Laila.

(ega/ega)

Read Entire Article