ARTICLE AD BOX
Jakarta -
CdM Indonesia Anindya Bakrie tak mau berpuas diri dengan pencapaian di Olimpiade 2024. Dia berharap Merah-Putih meraih medali emas lebih banyak di Los Angeles.
Indonesia membawa pulang dua medali emas dari Paris, yakni dari atlet panjat tebing Veddriq Leonardo dan atlet angkat besi Rizki Juniansyah. Satu medali perunggu dipersembahkan Gregoria Mariska Tunjung.
Dua emas ini menyamai pencapaian Indonesia di Olimpiade 1992 Barcelona saat Susi Susanti dan Alan Budi Kusuma berjaya di cabor bulutangkis. Lebih hebatnya kali ini Indonesia mendapatkan emasnya bukan dari cabor tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wajar jika Veddriq dan Rizki dielu-elukan karena prestasinya tersebut. Tapi, di balik kesuksesan kedua atlet itu ada peran pelatih yang senantiasa membimbing keduanya.
Selain itu ada juga CdM Indonesia di Olimpiade 2024 Anindya Bakrie yang membantu di luar lapangan dalam hal logistik atlet dan lainnya. Bagi Anindya, peran CdM ini memang terbilang baru untuknya.
Jika selama ini sebagai pengusaha, Anindya membawahi sejumlah perusahaan yang dihuni ribuan karyawan, maka kali ini dia melakoni banyak peran sebagai pemimpin kontingen, teman, dan juga penasihat.
"Saya katakan Indonesia ingin masuk G20, negara terbesar ekonomi. Nah Indonesia kalau ingin status besar olimpiade, jadi kalau bermimpi bisa di Asian Tenggara, kalau tidak di Asia, lalu juga dunia," ujar Anindya dalam acara #DemiIndonesia di Menara Bank Mega, Rabu (28/8/2024) sore WIB.
"Support ortu sangat penting, lalu kedua pelatih, dan tak lupa pemerintah. Pak Jokowi, menteri, KONI, KOI, dan cabor. Ini tak berhasil kalau tidak karena doa dan kebersamaan," sambungnya.
"Tugas saya sebagai CdM, hanya komunikasi dengan seluruh pihak, kedua mengakomodasi, dan ketiga jadi kawan spiritual serta psikologis."
Pengusaha asal Lampung itu berpesan agar para atlet tidak berpuas diri dengan pencapaian Olimpiade 2024. Dia ingin Indonesia bisa lebih baik di Olimpiade 2028 Los Angeles.
"Pertama-tama tentu harus ada perbaikan di sisi atlet sebagai ujung tombaknya dan semua harus ikut berperan dengan tugasnya masing-masing. Berikutnya menarik di Los Angeles, berikutnya Brisbane. Dalam 8 tahun itu harapannya masuk G20 olahraga."
"kedua, banyak yang sukses di dunia digital, the power of digital naratic sangat penting. seperti badminton masukin data dan tahu sisi mana nyaman dan tak nyaman. Terakhir bagaimana membuat atlet itu nyaman."
(mrp/adp)