ARTICLE AD BOX
Klaten -
Di Klaten ada makanan legendaris bernama sompil yang hampir punah karena kian langka dijajakan. Namun hidangan ini masih bisa dinikmati di satu-satunya penjual di sana, Sompil Bu Sri Koco.
Kabupaten Klaten memiliki kekayaan kuliner tradisional yang menarik dicoba. Salah satu kuliner legendaris yang jadi andalan Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, yakni sompil.
Sompil sendiri merupakan makanan dari beras yang dibungkus bambu abus berbentuk segitiga. Kemudian beras itu direbus selama kurang lebih dua jam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Makanan tradisional ini biasanya dihidangkan dengan opor, sambal goreng krecek, yang kemudian ditaburi ducang atau sambal kedelai dan kacang.
Satu-satunya pedagang yang masih bertahan menjual dan memproduksi sompil, yakni Sri Hartini (65) dan Sukoco (76). Mereka menjual sompil dengan nama 'Sompil Bu Sri Koco' di salah satu rumah kecil di Desa Gondangan, Kecamatan Jogonalan.
"Sudah jualan sejak 2008, pas selesai gempa Jogja 2006, sampai saat ini. Selalu di rumah sejak pertama dulu," kata Sukoco saat ditemui di rumahnya, Rabu (11/9/2024).
Sompil satu-satunya di Klaten dijajakan di Sompil Bu Sri Koco. Foto: detikJateng/Arina Zulfa Ul Haq
Sukoco yang baru saja mengangkat puluhan sompil untuk dihidangkan kepada para pelanggan itu mengatakan sompil menjadi makanan tradisional yang selalu dimakan saat bulan Syawal.
"Ini (sompil) sudah hampir punah, tradisinya satu tahun sekali masyarakat makan sompil pas Bulan Syawal. Daripada punah, terus saya lanjutkan. Jadi cuma satu-satunya di sini," jelasnya.
Sompil yang sudah mulai dijual sejak pukul 11.00 WIB itu pun selalu ramai pengunjung. Bahkan, kerap kali pukul 15.00 WIB sompil sudah ludes terjual.
"Untuk sehari itu merebus 4 kilogram beras, biasanya bisa untuk 400 porsi. Satu porsinya itu isi 4 sompil," tuturnya.
Saat makanan disajikan, tampak sompil berbentuk segitiga bersama opor, ayam, telur rebus, sambal goreng krecek, dan ducang sangat menarik untuk disantap.
"Bentuknya segitiga itu karena mirip sompil, atau keong. Makanya dulu ada namanya keong sompil," jelasnya.
Sementara itu, Hartini yang tengah menghidangkan sompil bersama putri pertamanya, Ice (42) menjelaskan meski mirip dengan ketupat dan lontong, sompil memiliki ciri khasnya tersendiri.
"Kalau ketupat daun kelapa, lontong pakai daun pisang, kalau sompil dari dulu memang pakai daun bambu. Ketupat dan lontong nggak ada rasanya, tawar. Kalau sompil ada gurih-gurihnya," jelasnya.
Sompil dibungkus daun bambu. Foto: detikJateng/Arina Zulfa Ul Haq
Hartini yang sudah dua mewarisi usaha sompil generasi kedua dan diturunkan ke anaknya itu menjelaskan sompil sudah mengantarnya menjuarai perlombaan kuliner khas Klaten saat peresmian Pasar Gede 2023 lalu.
"Waktu itu Juara 1 Kuliner Klaten. Jadi kebanyakan yang makan di sini selain warga lokal ya orang yang memang langganan, dari Jogja, Solo, Karanganyar, Boyolali," tuturnya.
"Kadang waktu Lebaran juga ada yang pesan sompil sini, diambil satu hari sebelum Lebaran. Terus pas Syawalan juga beli di sini, malah nggak membuatnya sendiri," sambungnya.
Bagi siapapun yang penasaran dengan rasa sompil yang gurih, dengan paduan sayur opor dan ducang, bisa mendatangi Sompil Bu Sri Koco di Desa Gondangan mulai pukul 11.00 WIB.
Harga sompil masih cukup terjangkau, Rp 10 ribu dengan lauk telur rebus, dan Rp 13 ribu dengan lauk ayam paha bawah utuh. Makanan tradisional ini jadi menu yang wajib dicoba jika berkunjung ke Kabupaten Bersinar.
Artikel ini sudah tayang di detikjateng dengan judul, "Sompil Jogonalan, Kuliner Legendaris di Klaten"
(adr/adr)