ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Raksasa minyak Halliburton melaporkan adanya serangan siber yang menyerang perusahaan. Serangan tersebut berdampak pada operasi bisnis Halliburton di Houston dan beberapa jaringan globalnya.
"Kami menyadari adanya masalah yang mempengaruhi sistem perusahaan dan bekerja keras untuk mencari penyebab dan potensi dampaknya," kata juru bicara Halliburton dikutip dari CNN, Jumat (23/8/2024).
Perusahaan telah melakukan rapat internal dengan para ahli demi mengatasi masalah tersebut. Namun, perusahaan enggan merinci lebih lanjut soal kejadian tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Departemen Energi Amerika Serikat (AS) mengatakan tidak melihat bukti adanya gangguan terhadap layanan energi. Saat dikonfirmasi soal laporan serangan di Halliburton, Department Energi hanya menjawab tahu soal isu serangan siber yang berdampak ke perusahaan energi.
"Namun, kejadian pastinya belum diketahui saat ini," kata juru bicara Departemen Energi, Charisma Troiano tanpa menyebut nama Halliburton secara langsung.
"Tidak ada indikasi bahwa insiden tersebut berdampak pada layanan energi saat ini dan DOE sedang berkoordinasi dengan mitra antarlembaga," tambahnya.
Serangan siber semakin mengganggu operasional bisnis. Serangan ransomware terhadap penyedia perangkat lunak CDK Global menyebabkan masalah di ribuan dealer mobil di seluruh AS awal tahun ini.
CDK harus membayar uang tebusan US$ 25 juta kepada peretas untuk menyelesaikan gangguan besar-besaran tersebut. Selama musim semi 2021, serangan ransomware juga menyerang perusahaan Pipe Colonial.
Eric Noonan, CEO penyedia keamanan dan TI CyberSheath, mengatakan serangan siber yang terjadi di Halliburton merupakan pengingat akan kerentanan perusahaan yang mengoperasikan infrastruktur penting seperti energi.
"Operator infrastruktur penting di Amerika Serikat harus memutuskan seberapa baik mereka menerapkan kontrol keamanan siber atau tidak," sebut dia.
(ily/ara)