ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Spesialis penyakit dalam konsultan hematologi-onkologi Dr dr Andhika Rachman SpPD-KHOM mengungkapkan kandungan Bisphenol A atau BPA memang dapat bermigrasi ke makanan, namun menurutnya tidak akan semudah yang dibayangkan. Memerlukan proses tertentu sehingga BPA dalam wadah plastik bisa berpindah ke makanan.
Salah satu faktor yang dapat membuat BPA bermigrasi ke makanan adalah proses pemanasan. Karenanya, dr Andhika tidak menyarankan memanaskan makanan di microwave menggunakan wadah plastik karena dapat meningkatkan risiko migrasi BPA ke makanan.
"Memang BPA itu bisa bermigrasi ke makanan tapi tidak semudah itu. BPA ini juga dia akan lebih mudah larut di lemak sebenarnya, tetapi di air lebih susah. Butuh suhu 70 derajat celsius," kata dr Andhika dalam acara detikcom Leaders Forum, Rabu (21/8/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kesempatan yang sama spesialis gizi klinik dr Karin Wiradarma, M Gizi, SpGK menambahkan penggunaan produk berlabel 'BPA Free' belum tentu menjamin keamanan. Menurutnya masih ada banyak jenis zat kimia lain yang bisa saja lebih berbahaya jika digunakan. Beberapa di antaranya seperti etilen glikol, bisphenol B, bisphenol F, hingga bisphenol Z.
"Kandungan lain tersebut kalau terkena panas, tergores, terkelupas, atau kemasan cacat misalnya, tentu juga bisa bermigrasi. Jadi belum tentu label BPA free sudah pasti aman," ujarnya.
Ketika masuk ke dalam tubuh, sebanyak 90 persen kandungan BPA akan dibuat inaktif oleh organ hati. Setelahnya, zat BPA akan dikeluarkan oleh tubuh melalui keringat, urine, dan feses. Kandungan BPA yang tersisa di tubuh masih berada jauh dalam batas aman.
Berdasarkan panduan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, batas migrasi BPA tidak lebih dari 0,6 bpj (600 mikrogram/kg).
(avk/up)