ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Matahari sedang terik-teriknya di Eropa bagian selatan. Wisatawan menepi ke Denmark yang lebih sejuk.
Melansir Euronews, Jumat (30/8/2024), Lembaga Meteorologi Denmark (DMI) melaporkan suhu rata-rata negara itu pada Juli berkisar 16,2 derajat Celcius. Suhu udara itu jauh di bawah negara-negara tujuan wisatawan.
Sebagai gambaran pada pertengahan Juni lalu, Italia pernah berada di titik suhu terpanas mencapai 40 derajat Celcius, kemudian di Prancis suhu tertinggi mencapai 30 derajat celcius yang terjadi beberapa minggu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wilayah Nyvhan di Kopenhagen merupakan daerah ikonik yang menyuguhkan beragam perpaduan kuliner Prancis, Italia, hingga Spanyol. Itu menjadi daya tarik wisatawan Eropa lainnya untuk datang ke Denmark kala matahari menyengat di negara mereka.
Wisatawan asal Spanyol bernama Sagrario yang tengah tur kapal pesiar Skandinavian bersama anaknya Sofia, menyebut ini sebagai kesempatan baik untuk berkunjung ke Denmark karena cuaca yang lebih sejuk.
"Di Madrid kami mengalami gelombang panas selama tiga minggu berturut-turut dengan suhu minimum 30 derajat Celcius dan maksimum 40 derajat Celcius," ujar Sofia, salah satu warga Madrid.
Industri perhotelan Kopenhagen yang biasa melayani wisatawan Eropa Timur dan Amerika Serikat telah mempersiapkan fenomena peningkatan wisatawan Eropa Selatan ini. CEO Kolpin Hotel yang memiliki Hotel Sanders di Kopenhagen, Karim Nielsen, menjelaskan lonjakan ini sudah pihaknya perhatikan sejak enam tahun lalu, namun dua tahun ini semakin meningkat.
"Kami melihat peningkatan besar jumlah wisatawan dari Eropa Selatan seperti Yunani, Prancis, Spanyol, dan Italia. Dan peningkatan itu sudah kami lihat terjadi selama lima hingga enam tahun terakhir, tetapi dua tahun terakhir ini meningkat pesat," katanya.
"Dan di Hotel Sanders ini biasanya kami memiliki pengunjung 80 persennya warga Amerika Serikat dan kini angka itu menurun. Kami melihat khususnya wisatawan Spanyol dan Italia meningkat hingga 10 persen, itu peningkatan yang luar biasa dari angka yang biasanya hany 2 hingga 3 persen," Nielsen menambahkan.
Peningkatan ini Nielsen sebut karena wilayah Eropa Utara, khususnya Denmark memiliki udara yang lebih sejuk. Itulah yang membuat wisatawan Eropa Selatan berbondong-bondong ke Denmark.
Data dari Organisasi Pariwisata Denmark mengumumkan jumlah wisatawan Italia dan Prancis yang berkunjung ke Kopenhagen, pada bulan Juni meningkat 23%. Tumbuh sekitar 49.000 dari tahun 2019 dan tumbuh 60.000 dari tahun 2014.
Dan organisasi pariwisata resmi untuk Kopenhagen, Wonderful Copenhagen, menyatakan kota ini telah memecahkan rekor kunjungan ke tertinggi. Namun faktor besarnya bukan karena budaya atau kuliner, melainkan faktor iklim.
Tak Hanya Berpusat di Ibu Kota
80 kilometer dari Kopenhagen yakni di Selandia Selatan, wilayah ini juga jadi destinasi baru para wisatawan 'kepanasan' untuk menyejukan diri. Pemilik Hotel Jungshoved Praestegaard di Praesto, Filip Rasmussen, menyatakan terdapat peningkatan yang tinggi tahun ini untuk wisatawan Eropa Selatan
"Tren kedatangan tamu Eropa Selatan ke Denmark ini dimulai 3 tahun lalu yang benar-benar kami perhatikan, namun saya katakan tahun ini kenaikannya begitu tinggi. Mungkin dari hanya 5 persen kini menjadi 30 sampai 35 persen," tuturnya.
Peningkatan ini juga menurut Rasmussen ada andil dari travel agent asal Prancis yang sudah bekerja sama dengan pihaknya. Di lain sisi, peningkatan juga terjadi dari wisatawan asal Swiss, Italia, dan Spanyol.
Wisatawan asal Prancis, Franck Wattine yang merupakan penghuni hotel milik Rasmussen menyebut sangat puas dengan cuaca bulan Agustus di Denmark ini. Sehingga ia bisa menikmati aktivitas-aktivitas di luar ruangan.
"25 derajat di siang hari, di malam hari Anda bisa hanya mengenakan sweater dan jaket tipis. Jadi kita bisa melakukan hal-hal yang menyenangkan," kata Wattine.
(fem/fem)