ARTICLE AD BOX
Cairns -
Great Barrier Reef sedang tidak baik-baik saja. Pemutihan atau bleaching massal membuat struktur hidup terbesar di dunia ini terancam.
Dilansir dari Channel News Asia pada Jumat (23/8), Australi meluncurkan upaya penghentian limpasan pestisida dan masalah kualitas air di Great Barrier Reef yang mulai memutih.
Menteri Lingkungan Hidup Tanya Plibersek meluncurkan upaya untuk mengurangi limpasan nutrisi dan pestisida, meningkatkan pengelolaan spesies invasif, dan mendukung pengelolaan lahan yang lebih baik di beberapa tempat paling rentan di sepanjang terumbu karang itu dengan nilai 130 juta USD atau Rp 2 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terumbu karang sepanjang 2.300 km ini menjadi rumah bagi berbagai keanekaragaman hayati yang menakjubkan, mencakup lebih dari 600 jenis karang dan 1.625 spesies ikan.
Namun peristiwa bleaching massal yang berulang pada tahun 1998, 2002, 2016, 2017, 2020, 2022, hingga 2024 membuat nutrisi dan warna karang berkurang. Panas ekstrem akibat pemanasan global mengancam ekosistem terumbu karang yang rapuh.
Begitu besarnya kerusakan terumbu karang sehingga organisasi budaya PBB, UNESCO, telah mempertimbangkan untuk memberi label situs warisan dunia tersebut 'dalam bahaya', sebuah langkah yang dapat membahayakan sektor pariwisata Australia.
Plibersek mengatakan pendanaan terbaru tersebut sangat penting untuk menghentikan beberapa masalah lain yang mengganggu ekosistem dan 'memastikan keindahan dan keagungan Terumbu Karang dapat dinikmati oleh anak-anak dan cucu-cucu kita'.
"Limpasan sedimen merupakan salah satu ancaman terbesar bagi Great Barrier Reef," katanya.
"Kualitas air yang buruk menghentikan pertumbuhan kembali karang, membunuh lamun, dan menghalangi sinar matahari yang dibutuhkan untuk terumbu karang yang sehat."
Peristiwa pemutihan tahun ini telah menyebabkan 81 persen terumbu karang mengalami kerusakan ekstrem atau tingkat tinggi, salah satu yang paling parah dan meluas yang pernah tercatat, menurut data pemerintah terbaru.
Para ilmuwan akan membutuhkan beberapa bulan lagi untuk menentukan seberapa banyak terumbu karang yang tidak dapat dipulihkan lagi.
Pemutihan karang terjadi ketika suhu air naik lebih dari satu derajat Celsius.
Ahli ekologi kelautan dari Australian Marine Conservation Society, Lissa Schindler, menyambut baik peningkatan dana pemerintah tetapi mengatakan lebih banyak yang perlu dilakukan untuk mengatasi akar penyebab perubahan iklim.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa secara historis investasi telah tersebar tipis di seluruh terumbu karang daripada pendekatan yang ditargetkan.
"Pencemaran air merupakan salah satu ancaman terbesar bagi terumbu karang di luar perubahan iklim," katanya kepada AFP.
"Terumbu karang membutuhkan setiap bantuan yang bisa didapatnya."
Australia menjadi salah satu eksportir gas dan batu bara terbesar di dunia, namun baru-baru ini menetapkan target untuk menjadi netral karbon.
(bnl/bnl)