ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) tengah menggarap proyek strategis hulu migas dengan total nilai investasi US$ 46 miliar atau Rp 708,4 triliun hingga 2029. Angka tersebut merupakan akumulasi dari komitmen Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto mengatakan, pemerintah telah melakukan serangkaian perubahan dalam bisnis di hulu migas, salah satunya dengan pemberian insentif fiskal demi mendorong produksi.
"Mekanisme untuk bisa membangun keekonomian investor dari tiap proyek apakah itu insentif di perpajakan, investasi, dan lainnya, termasuk terakhir split, dan itu dijamin. Kalau kita melihat sekarang fokusnya kenaikan produksi, ketahanan energi maka berapapun ini bisa kita canangkan asal pemerintah tidak tekor saja," kata Dwi, dalam detikcom Leaders Forum 'Masa Depan Energi RI, Jaga Ketahanan demi Kedaulatan' di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Rabu (11/9/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melalui perubahan yang terjadi, menurutnya, dalam beberapa tahun terakhir Indonesia berhasil menemukan giant discovery atau potensi-potensi cadangan migas jumbo. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan eksplorasi nomor 1 di Asia Tenggara dan menarik investor maupun KKKS masuk.
"Dan dengan perubahan-perubahan yang ada saat ini kita punya proyek yang akan kita garap sampai 2029 investasinya saja US$ 46 miliar. Sudah sangat banyak proyek-proyek yang kita bangun yang tentu saja akan ada challenge-challenge terkait hal ini," ujar Dwi.
Dwi mengatakan, investasi tersebut belum termasuk blok Andaman yang ditargetkan pada triwulan IV-2024 akan ditetapkan plan of development (POD). Blok Andaman diproyeksikan dapat memasok gas 527 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dengan potensi 10 TCF.
Lebih lanjut, SKK Migas juga telah mencatatkan banyak temuan yang berpotensi digarap di masa mendatang. Pertama, undevelopment discovery dengan potensi cadangan 1,4 billion barel oil dan 18,7 triliun cubic feet (TCF).
"Di mana itu dari 2.509 struktur, ada 63 struktur. Namanya PSE, tapi itu belum dibuat Plan of Development (PoD). Itu ada 371 juta barel oil dengan 8,9 tcf. Jadi potensi ini besar," lanjutnya.
Berlanjut ke halaman berikutnya.
Selain itu, juga terdapat potensi besar dari proyek Enhanced Oil Recovery (EOR) untuk pengoptimalan sejumlah sumur-sumur tua. EOR sebagian besar diterapkan di lokasi PT Pertamina (Persero) di 12 lapangan. Total recovery resource mencapai 951 juta barel oil.
Berikutnya, ada wilayah-wilayah POD yang belum digarap dengan nilai potensi mencapai 153 juta barel oil dan 5,3 TCF. Lalu ada juga idle field dan idle wheel yang bisa dioptimalkan, di mana untuk idle field sendiri potensinya mencapai 147 juta barel oil, 0,7 juta TCF.
"Sudah ter-capture semua sekarang tinggal bagaimana kita bisa mendorong mendesak para KKKS untuk implementasi discovery-discovery. Kita sekarang ngebor sana ngebor sini, itu sudah ada discovery-nya tapi belum dikembangkan. Jadi sekarang mindset yang baru kita bangun, negara tidak boleh tersandera kebijakan terkait KKKS," kata dia.
Sebagai tambahan informasi, sebelumnya Dwi menyampaikan target industri hulu migas miliki 133 proyek non-PSN (Proyek Strategis Nasional) dengan investasi senilai Rp 58 triliun pada 2029.
"Hingga tahun 2029 nanti, industri hulu migas telah memiliki total 133 proyek, dengan nilai total investasi sebesar US$ 3,76 miliar atau sebesar Rp58 triliun," kata Dwi, dalam acara Pre IOG SCM & NCB Summit di Batam, Kepulauan Riau, Rabu (3/7/2024) dikutip dari Antara.
Sedangkan untuk proyeksi investasi pada 2024 mencapai US$ 16,1 miliar atau sekitar Rp 263,79 triliun (kurs Rp 16.385). Proyeksi tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan capaian 2023 yang mencapai US$ 13,7 miliar atau Rp224,47 triliun.