ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Pemerintah terus berupaya meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan, salah satunya penggunaan bahan bakar nabati (BBN). Kondisi ini sudah terlihat dari penggunaan biodisel B35 yang 35% bahannya berasal dari hasil olahan sawit.
Bicara soal biodiesel, Wakil Ketua Komisi VII Eddy Soeparno mengatakan ke depan pemerintah juga berencana untuk mendorong penggunaan biodisel B50. Artinya 50% dari bahan bakar ini berasal minyak nabati kelapa sawit.
Selain biodisel B50, nantinya pemerintah juga akan mendorong bauran penggunaan energi terbarukan seperti biofuel dan bioavtur. Menurutnya kondisi ini dapat meningkatkan kebutuhan minyak yang berasal dari tumbuhan atau lebih dikenal dengan istilah 'fame'.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita akan meningkatkan bauran di sektor BBN, bahan bakar nabati. Biodisel, biofuel, bioavtur yang akan menjadi besar sekali. Biodisel saja akan ditingkatkan dari 35% menjadi 50%, jadi kebutuhan fame kedepannya tuh pasti besar," kata Eddy dalam detikcom Leaders Forum 'Masa Depan Energi RI, Jaga Ketahanan demi Kedaulatan' di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Rabu (11/9/2024).
Tidak hanya Indonesia, menurutnya banyak negara di dunia yang tergabung dalam IATA (International Air Transport Association) juga tengah mendorong penggunaan bahan bakar nabati. Hal ini terlihat dari target penggunaan bioavtur oleh semua maskapai yang melakukan penerbangan ke negara-negara anggota IATA itu pada 2027 mendatang.
Masih belum cukup, Eddy menyebut saat ini Pertamina juga sedang melakukan upgrade sejumlah kilangnya agar bisa memproduksi bahan bakar nabati seperti biodisel dan bioavtur tadi. Artinya hasil olahan sawit ini nanti akan semakin dibutuhkan, yang secara langsung dapat membuat industri sektor itu semakin cuan.
"Kilang-kilang Pertamina juga sekarang akan di-upgrade kapasitasnya agar bisa mengolah fame tersebut. Ditambah lagi nanti bioavtur ada tuntutan tahun 2027 pengguna maskapai penerbangan yang terbang ke negara-negara yang menjadi anggota IATA harus menggunakan minimal 1% bioavtur itu," jelas Eddy.
"Kita sudah mempraktikannya itu (bioavtur 1%) tahun 2023 dan berhasil dan target kita di Indonesia akan menjadi bioavtur hub se-Asia Tenggara dengan target kita punya bauran bioavtur itu 5%. Jadi (kondisi industri sawit ke depan) aman, tapi nanti kalau ada cuan bagi-bagi," terangnya lagi sembari sedikit bercanda.
(fdl/fdl)