ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Beberapa waktu lalu media sosial X diramaikan dengan istilah 'let them eat cake'. Ternyata makna dan sejarah dibaliknya begitu tragis.
Bagi pengguna media sosial, terutama X, pasti masih ingat betul bagaimana kehebohan yang terjadi beberapa hari terakhir. Dipicu dengan unggahan roti lobster seharga Rp 400.000 banyak netizen marah dengan para petinggi yang dianggap tak peduli dengan kondisi negaranya.
Sampai-sampai muncul istilah 'let them eat cake'. Secara harfiah kalimat ini memiliki arti 'biarkan mereka makan kue'.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sayangnya kalimat tersebut dilontarkan oleh netizen untuk menyebut Erina Gudono dan Kaesang yang dianggap nir-empati dengan aksi perlawanan terhadap Revisi UU Pilkada. Setelah menelisik lebih dalam ternyata istilah tersebut digunakan sejak masa kepemimpinan raja Perancis King Louis XVI.
Baca juga: TikToker Nekat Bikin Roti Sourdough dalam Penerbangan Pesawat
Makna let them eat cake ramai dibahas di media sosial, apa maksudnya? Foto: X
Melansir History, istilah 'let them eat cake' yang asli datang dari kalimat qu'ils mangent de la brioche yang dalam bahasa perancis berarti biarkan mereka memakan roti brioche.
Kala itu roti brioche merupakan roti yang mahal untuk didapatkan rakyat di Perancis pada abad ke-18. Marie-Antoinette dikenal sebagai ratu Perancis yang cerdas dan kerap beramal dan seringkali menampilkan sensitivitasnya terhadap isu kemiskinan Perancis.
Namun menurut catatan para ahli sejarah, Marie-Antoinette bukanlah sosok yang menyebut kalimat itu secara langsung. Cikal bakal kalimat ikonik tersebut konon telah disebut sebelum tahun 1789 yang berasal dari lontaran kalimat putri Spanyol, Marie-Therese.
Ia sempat menyarankan agar orang Perancis mengonsumsi 'la croute de pate' (atau kulit pate). Kulit pate adalah puff pastry yang biasanya hanya menjadi lapisan terluar pada makanan seperti salmon en croute, dan lainnya.
Lontaran kalimat tersebut ditujukan kepada Erina Gudono yang dinggap nir-empati pada masyarakat. Foto: X
Sejarawan percaya bahwa pencetus kalimat itu adalah Rousseau yang mengutip dari Maria-Therese. Sebelum Revolusi Perancis kondisi perekonomian Perancis memang tidak baik-baik saja.
Kemiskinan melanda seluruh negeri hingga banyak rakyat yang harus menderita karena kelaparan. Sementara para pejabat kerajaan menikmati hidup mewah dengan makan empat mangkuk sup, burung pegar utuh, seekor ayam hutan, salad, daging kambing, hingga kue-kue manis yang lezat sebagai makanan penutup.
Alasan perekonomian dan kelaparan ini menjadi salah satu penyebab kemarahan rakyat Perancis saat itu. Bahkan saking minimnya edukasi dan kepedulian kerajaan pada saat itu masyarakat Perancis tidak mengerti caranya mengatur pola makan yang sehat.
Pemahaman tentang kehidupan dasar seperti memilih protein dan memadu padankan nutrisi untuk makanan sulit untuk dilakukan. Walaupun berakhir tuntutan Revolusi Perancis tak tercapai tetapi Monarki Kerajaan King Louis XIV berhasil diruntuhkan hingga akhirnya Marie Antoinette termasuk salah satu yang dihukum penggal.
(dfl/odi)