ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Setiap tahunnya, pengguna internet di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup tajam. Saat ini, penetrasi Internet di Indonesia mencapai 79,5% penduduk atau sekitar 221 juta jiwa di Indonesia pada 2023.
Meningkatnya penetrasi internet mempengaruhi gaya hidup masyarakat secara signifikan. Salah satunya yaitu tren belanja di e-commerce seperti Tokopedia, TikTok, Lazada, Blibli, hingga Shopee.
Mengutip dari Momentum Works, Indonesia tetap menjadi pasar e-commerce terbesar yang berkontribusi sebesar 46,9% terhadap Gross Merchandise Value (GMV) di Asia Tenggara pada 2024. Informasi dari laporan Global eCommerce Market 2024 oleh eCommerceDB memprediksi peningkatan industri e-commerce di Indonesia mencapai hingga 30,5% pada tahun 2024.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Ekonomi Digital di Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Nailul Huda menyebut ada sejumlah faktor mengapa e-commerce masih diminati oleh masyarakat. Selain tren penggunaan internet, ada juga faktor penduduk usia muda dan perkembangan kelas menengah yang sangat adaptif dengan teknologi.
"Penduduk usia muda (Gen Z dan Milenial) mencapai 52% dengan pertumbuhan konsumsi kelas menengah sebesar 20% per tahun. Kelas ini lah yang banyak menggunakan teknologi dalam melakukan aktivitas ekonomi termasuk berbelanja," ujar Huda, kepada detikcom, Kamis (8/8/2024).
"Dengan penduduk yang besar, maka wajar Indonesia menjadi pasar online commerce besar global," sambungnya.
Faktor lainnya dan yang paling dominan yaitu harga dari barang di e-commerce. Huda mengatakan masyarakat RI masih price oriented consumer, di mana faktor harga menjadi faktor utama dalam pembelian barang.
"Informasi mengenai harga pun sangat terbuka yang akhirnya membuat konsumen bisa membandingkan harga darii satu toko dengan toko lainnya," kata Huda.
Kenaikan Biaya Administrasi e-Commerce
Di samping itu, Tokopedia, TikTok, dan Shopee mengumumkan kenaikan biaya administrasi bagi penjual di masing-masing platform. Lantas, apakah berjualan di e-commerce masih menguntungkan bagi penjual?
Penerapan biaya administrasi bagi Penjual di e-commerce adalah hal yang lumrah diterapkan oleh pelaku e-commerce mengingat pemeliharaan teknologi digital membutuhkan biaya yang relatif mahal. Biaya administrasi e-commerce ini umumnya juga digunakan untuk peningkatan layanan fitur dan program bagi Penjual.
Misalnya untuk peningkatan layanan customer service, layanan chat yang disediakan di dalam platform yang menjembatani penjual serta pembeli, program perlindungan dan garansi, serta hal penunjang lainnya. Biaya administrasi e-commerce juga bisa menjadi perimbangan penjual untuk menentukan biaya operasional dalam menjalankan bisnis.
"Kemudian, ketika ada peningkatan biaya admin, platform juga harus memperhatikan peningkatan pelayanan bagi penjual. Ketika ada kenaikan biaya admin tanpa diiringi dengan peningkatan pelayanan, penjual bisa kabur," kata Huda.
Menyusul Tokopedia yang menaikkan biaya layanan pada Mei 2024, Shopee juga baru saja mengumumkan kebijakan baru biaya administrasi bagi Penjual Non Star, Star dan Star+ yang akan mulai berlaku pada 1 September 2024. Secara rata-rata, besaran biaya administrasi e-commerce di Indonesia masih dalam besaran batas persentase yang wajar.
Contohnya, di negara tetangga Malaysia, besaran biaya administrasi salah satu e-commerce populernya, Lazada, berkisar di 4-19%, tergantung dari Kategori Produknya. Sementara di Singapura, Amazon mengenakan biaya administrasi yang berkisar di 8-45%, tergantung Kategori Produk.
Kenaikan yang dilakukan para pelaku e-commerce juga masih dalam besaran persentase yang relatif rendah, tidak signifikan. Berkaitan dengan hal ini, Huda berpendapat perlu adanya evaluasi mengenai biaya admin khususnya terkait dengan beban dan kebutuhan dari platform.
"Penyesuaian biaya transaksi harus melihat kebutuhan dan kemampuan bayar dari pembeli. Bagaimanapun juga penjual akan membebankan biaya administrasi sebagai biaya dari harga barang," tutur Huda.
"Ketika ada penyesuaian ya harusnya ada kenaikan harga. Itu harus dilihat seberapa besar elastisitasnya, terutama untuk platform yang terkenal dengan harga yang lebih murah dibandingkan harga offline seperti Shopee," lanjutnya.
Apakah Berbisnis di e-Commerce Masih Menjanjikan Meski Biaya Admin Naik?
Hingga saat ini, e-commerce menjadi lahan yang menjanjikan bagi penjual untuk meraup untung. Menurut catatan Momentum Works 2024, e-commerce Shopee menjadi e-commerce yang menguasai pasar Asia Tenggara dengan mempertahankan 48% pangsa pasarnya selama 5 tahun terakhir.
Riset IPSOS juga menyatakan Shopee menjadi pilihan e-commerce pertama yang direkomendasikan oleh konsumen kepada kerabat dekatnya (62%), diikuti Tokopedia (46%), TikTok Shop (42%), dan Lazada (36%). Meski demikian, dalam praktiknya, platform e-commerce juga masih perlu terus meningkatkan layanan yang disediakannya bagi pengguna, terutama penjual.
Biaya administrasi adalah salah satu cara untuk memastikan keberlanjutan dan peningkatan kualitas layanan platform e-commerce tersebut, seperti:
Pengiriman: Bermitra dengan berbagai layanan jasa kirim di Indonesia, untuk memastikan jangkauan pengiriman yang luas.
Layanan pelanggan: Menyediakan layanan pelanggan 24/7 melalui live chat, email, dan telepon untuk melayani kebutuhan pelanggan.
Pengembangan fitur.
Keamanan transaksi: Menyediakan berbagai opsi pembayaran yang aman dan terverifikasi, termasuk kartu kredit, e-wallet, dan COD (Cash on Delivery) untuk kenyamanan pengguna.
Direktur Eksekutif ICT Indonesia, Heru Sutadi berpendapat berbisnis e-commerce masih menjanjikan meskipun biaya admin mengalami kenaikan. Apalagi, lanjut Heru, masyarakat masih bisa menerima jika kenaikan biaya admin e-commerce tidak signifikan.
"Tapi jika tidak hati-hati ini akan jadi faktor kompetisi dan pengguna beralih akan menggunakan platform e-commerce lainnya atau belanja offline," kata Heru.
Heru menyebut penjual tidak perlu menyiapkan layanan tertentu soal kenaikan biaya admin. Namun, risikonya harga jual barang tersebut akan lebih mahal dari sebelumnya. Sehingga, perlu menyusun strategi agar penjualan di e-commerce tetap untung.
"Penjual saat ini harus memastikan produk yang dijual dan kirimkan berkualitas, fasilitas pengembalian/penukaran produk dengan mudah, serta harga kompetitif," kata Heru.
Strategi lainnya yang bisa dilakukan oleh penjual di e-commerce yaitu berinvestasi pada fitur-fitur berbayar e-commerce. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan penjualannya.
"Mau tidak mau untuk meningkatkan trafik dan omzet fitur-fitur berbayar harus dilakukan. Meski harusnya fitur itu gratis dan diberikan pada semua," pungkasnya.
(prf/ega)