ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Warung makan legendaris di Singapura ini mengumumkan tutup. Hal tersebut jelas membuat pelanggan setianya sedih. Namun, ada alasan serius mengapa mereka memutuskan tutup.
Seiring berjalannya waktu, banyak warung makan di Singapura yang memutuskan untuk menutup gerai mereka. Mulai dari warung makan baru sampai yang legendaris.
Alasan penutupan warung makan ini berbeda-beda, tetapi tidak sedikit yang memutuskan tutup karena masalah kesehatan penjual hingga biaya sewa yang semakin tinggi di Singapura. Seperti alasan penutupan warung bakso ikan legendaris ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foo Chow Zhong Xing & Lor Mee belum lama ini mengumumkan penutupan gerai mereka. Padahal, warung makan ini menjadi salah satu yang legendaris dan terkenal di Singapura.
Melansir mustsharenews.com (26/08/2024), Zhong Xing Foo Chow Fish Ball & Lor Mee sudah berjualan selama lebih dari 80 tahun di pinggir jalan China Street. Mereka sempat berpindah ke kawasan HDB Bukit Merah, sebelum akhirnya ditutup.
Kabar penutupan yang tiba-tiba ini memang mengejutkan banyak pelanggan setia. Namun, keputusan ini bukanlah tanpa alasan.
Pemiliknya, Madam Wong memutuskan pensiun karena kondisi kesehatan yang menurun. Selain itu, terdapat masalah pada biaya sewa yang meningkat secara signifikan.
Warung makan ini mengumumkan tutup setelah 80 tahun beroperasi. Foto: Shin Min Dally News
Kenaikan harga sewa diakibatkan imbas dari renovasi kedai kopi di sebelahnya. Karena hal itu, biaya sewa yang tadinya 2.000 SGD (Rp 23 juta) menjadi lebih dari 6.000 SGD atau sekitar Rp 71 juta.
Banyak pelanggan setia pun merasa sulit mengucapkan selamat tinggal. Mereka beramai-ramai datang ke gerai Zhong Xing di hari terakhirnya. Dari pukul 9 pagi, pelanggan sudah banyak antre di depan kedai tersebut, meskipun kedai belum buka.
Menjelang makan siang, antrean pelanggan terus mengalir karena semuanya ingin menikmati hidangan buatan Madam Wong untuk terakhir kalinya.
Warung makan bakso ikan ini sebenarnya didirikan oleh orang tua Madam Wong di pinggir jalan sederhana pada tahun 1942. Mereka menawarkan bakso ikan dan lor mee asli Fuzhou. Bisnisnya berkembang pesat dan madam Wong mulai membantu orangtuanya setelah ia menyelesaikan sekolah menengah.
Pada 1982 setelah ayahnya meninggal, kakak laki-lakinya yang kini berusia 70 tahun bergabung dengannya untuk menjalankan bisnis tersebut.
Warung makan ini tutup karena penjualnya sudah ingin pensiun. Foto: Shin Min Dally News
Ketika warung ini sedang ramai-ramainya, Madam Wong sampai perlu memotong hingga 100 kg ikan setiap hari dan menghadapi pengunjung yang mengantre di luar kedai.
Selama puluhan tahun, ia, suami, dan saudara laki-lakinya sudah mulai bekerja dari pagi. Dia dan suaminya bertugas menyiapkan dan memasak makanan, sedangkan kakaknya bertugas membuat bakso ikan yang dibuat handmade.
Madam Wong mengaku pekerjaan sebagai penjual makanan kaki lima ini sangat sulit. Pasalnya, ia sudah mulai bekerja sejak usia muda dan sekarang tubuhnya dipenuhi rasa sakit dan nyeri.
Selama puluhan tahun berjualan, Madam Wong juga tidak menaikkan harga.
"Sebagian besar dukungan kami datang dari pelanggan lama sehingga saya tidak ingin menaikkan harga," jelasnya.
Madam Wong juga mengungkap, "Kami semakin tua, dan sudah waktunya untuk pensiun."
Keputusan ini memang sangat sulit, tetapi tidak ada pilihan lain selain berhenti. Ia dan keluarganya juga mengucapkan rasa terima kasih atas dukungan semua orang selama bertahun-tahun.
Meskipun madam Wong dan saudara laki-lakinya mewarisi bisnis dari orang tua mereka, tetapi mereka tidak tertarik mewariskannya ke generasi berikutnya.
Madam Wong tidak memiliki ana dan anak-anak kakaknya juga sudah memiliki pekerjaan di bidang yang profesional. Meskipun salah satu anak kakaknya sempat menunjukkan minat untuk mengambil alih, tetapi tidak diizinkan karena kakaknya tahu jika pekerjaan sebagai pedagang kaki lima bukanlah hal mudah.
(aqr/adr)