ARTICLE AD BOX

DALAM dunia wayang, salah satu pemimpin yang dikenal amat patriotik ialah Dasamuka alias Rahwana. Lebih dari itu, ia pemimpin yang ambisius. Bukan hanya ingin rakyatnya hidup makmur dan sejahtera, melainkan juga negaranya adidaya.
Kekuasaan warisan kakeknya tidak ingin dinikmati apa adanya. Itu kesempatan menjadikan Alengka sebagai negara yang disegani bangsa lain. Dasamuka juga berambisi menaklukkan sebanyak mungkin negara dalam genggamannya.
Kenyataannya, alih-alih negaranya maju, Alengka justru hancur lebur. Itu karena Dasamuka mengabaikan moral dan tatanan. Sikapnya yang sapa sira sapa ingsun (jemawa) mengakibatkan kehilangan kewaskitaan hingga terkubur riwayatnya.
MENJADI RAJA
Dasamuka ialah anak sulung pasangan Wisrawa-Sukesi. Saudaranya tiga, yaitu Kumbakarna, Sarpakenaka, dan Gunawan Wibisana. Ia masih memiliki saudara tua lain ibu bernama Wisrawana alias Danaraja yang menjadi raja di Lokapala.
Setelah kakeknya, Prabu Sumali, turun takhta, Dasamuka yang dipilih menjadi raja Alengka. Adapun pamannya, Prahasta, diangkat sebagai patih. Namun, dalam setiap langkah kebijakan, Dasamuka selalu minta pendapat serta pertimbangan adik-adik.
Dasamuka berwajah raksasa dan memiliki taring. Itu gen dari kakek, raksasa, tapi berwatak resi. Sumali seperguruan dengan Wisrawa, mantan penguasa Lokapala yang kemudian memilih menyepi dan menjadi pengasuh pertapaan Giri Jembatan.
Jadi, dalam diri Dasamuka mengalir darah pemimpin dan resi. Maka itu, tak aneh bila sejak muda suka menggeladi spiritualisme. Di antara lakunya yang monumental ialah bertapa di Gunung Gohkarna selama bertahun-tahun.
Berkah kegenturan menggembleng diri, Dasamuka menjadi sangat sakti. Misalnya, bisa mendatangkan topan dan membuat api besar yang menghancurkan apa pun. Juga memiliki sejumlah pusaka ampuh, antara lain Candrasa dan pedang Wantawa.
Selain itu, ia menguasai ajian Pancasona dari Resi Subali, mantan penguasa Goa Kiskenda yang tapa ngalong (bertapa ala kalong) di Hutan Sunyapringga. Ajian itu menjadikannya tidak bisa mati selama tubuh masih menyentuh bumi.
Dalam waktu singkat, Dasamuka berhasil membangun angkatan perang, yakni darat, laut, dan udara, yang sangat kuat. Selain untuk pertahanan wilayah tanah air dan melindungi kekayaan alam, itu juga sebagai alat menganeksasi negara lain.
Di bawah kepemimpinannya, meski belum genap lima tahun, Alengka melangkah menuju kemajuan yang dicita-citakan. Menurut wangsit yang diterima, Alengka akan cepat makmur dan abadi bila memiliki Dewi Widawati.
Dicarilah wanita itu yang ternyata putri Begawan Wersapati. Dasamuka melamar, tapi ditolak, dan Widawati akhirnya membakar diri karena dipaksa. Betapa kesal Dasamuka karena wanita itu sesungguhnya titisan Bathari Sri, dewi kemakmuran.
Brahmana Maryuta yang berkawan dengan Dasamuka menasihati agar tidak larut dalam kesedihan karena setelah Widawati, Dewi Sri akan menitis lagi empat kali berturut-turut, yaitu kepada Sukasalya, Citrawati, Sinta, dan terakhir Sembadra.
TERLALU PARAH
Dasamuka tahu Sukasalya ialah putra Raja Ayodya Prabu Banaputra. Namun, ketika datang melamar, wanita itu telah diserahkan kepada pujangga istana Begawan Rawatmaja untuk diungsikan karena tak ingin dipinang Dasamuka.
Tahun terus berganti, tapi ambisi Dasamuka mengejar putri idaman tidak pernah hilang. Pada suatu hari, ia mendapat bisikan gaib bahwa Dewi Sri telah berpindah dan menitis kepada Citrawati, permaisuri Raja Maespati Prabu Arjunasasrabahu.
Dengan mengerahkan bala tentara, Dasamuka tanpa memberikan kabar langsung menggempur Maespati dengan tujuan merebut Citrawati. Banyak korban di kedua belah pihak. Maespati pun sampai kehilangan patih legendaris Suwanda.
Arjunasasrabahu murka dan kemudian bertiwikrama menghajar Dasamuka. Raja Alengka itu memang tidak bisa mati karena aji Pancasona, tapi ia tidak berkutik dan menjadi bulan-bulanan hingga terluka parah dan satu tangannya patah.
Untuk ketiga kalinya, Dasamuka gagal. Namun, itu tak membuatnya kehilangan nafsu memburu meski usianya kian merambat. Lantaran membela Sarpakenaka yang melaporkan dirinya dijamah orang, ia bertemu wanita titisan Dewi Sri.
Namun, perempuan yang bernama Sinta itu telah menjadi istri Rama Regawa, putra mahkota Ayodya. Ketika itu, keduanya sedang lelana brata (mengembara dengan laku prihatin) di Hutan Dandaka bersama adik, Leksmana Widagda.
Sarpakenaka yang mengaku diganggu seorang pria sebenarnya ia yang semula rewel akibat tergoda ketampanan Leksmana. Namun, karena terus bergenit merayu padahal telah ditolak dengan halus, ditamparlah mukanya hingga hidung berdarah.
Singkat cerita, dengan tipu muslihat, Dasamuka berhasil menculik Sinta dan kemudian disembunyikan di Taman Argasoka. Istana kaputren lawas yang telah direhab menjadi sangat indah dan ekslusif dengan harapan Sinta betah.
Dasamuka ingin Sinta menjadi permaisurinya sebagai syarat Alengka makmur dan sejahtera selamanya. Namun, keinginan itu ditentang Kumbakarna dan Gunawan. Justru bila itu terjadi akan menjadi bencana bagi Alengka.
Pada akhirnya, terjadi perpecahan keluarga. Dasamuka kukuh ingin memperistri Sinta, sedangkan kedua adik menyarankan wanita berhati lembut itu dikembalikan kepada Rama, titisan Bathara Wisnu, dewa keadilan dan ketenteraman jagat.
TERKUBUR GUNUNG
Akibat ambisi Dasamuka yang membutakan hati, terjadi peperangan dahsyat antara Alengka dan Rama yang didukung pasukan wanara Goa Kiskenda pimpinan Sugriwa. Alengka hancur lebur dan Dasamuka terkubur gunung.
Dasamuka yang sakti dan memiliki banyak pusaka ampuh ternyata tidak berarti apa-apa karena terbelenggu nafsu. Kesombongannya mengakibatkan kehilangan nurani hingga terjerumus ke kenistaan dan gagal mengejawantahkan impian.
Memiliki Dewi Sri tak harus menjadikan wanita titisannya sebagai istri. Jika itu yang terjadi, malah membuat dunia ini rusak karena Sinta yang memesona itu sejatinya anak Dasamuka sendiri yang lahir dari rahim Dewi Tari. (M-3)