ARTICLE AD BOX
Jakarta, CNBC Indonesia - Penurunan daya beli kelas menengah di Indonesia bukan semata-mata dipicu oleh pandemi Covid-19 atau maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK). Ekonom senior yang juga Penasihat Khusus Presiden Bidang Ekonomi, Bambang Brodjonegoro, menilai ada faktor lain yang turut menekan kondisi ekonomi kelompok ini, yakni pola konsumsi harian yang kurang disadari. Salah satunya, kata Bambang, adalah kebiasaan mengandalkan air minum dalam kemasan, seperti galon dan botol.
"Selama ini secara tidak sadar itu sudah menggerus income kita secara lumayan dengan style kita yang mengandalkan semua kepada air galon, air botol dan segala macamnya," ujar Bambang saat berbicara di kantor Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) beberapa waktu lalu, dikutip Minggu (3/8/2025).
Mantan Menteri Keuangan ini mengatakan kebiasaan mengkonsumsi air dalam kemasan tidak terjadi di semua negara. Di negara maju misalnya, air keran sudah layak minum sehingga tidak ada lagi pengeluaran air dalam kemasan.
"Daya beli kelas menengahnya aman karena untuk air pun mereka tidak perlu mengeluarkan uang terlalu banyak," kata dia.
Meski begitu, Bambang mengatakan faktor kebutuhan air minum hanyalah satu dari banyak faktor lain yang menyebabkan banyak kelas menengah turun 'kasta' ke kelas ekonomi yang lebih rendah. Bambang menduga faktor utama tumbangnya kelas menengah RI adalah pandemi Covid-19.
"Penyebabnya itu variatif. Karena kan kita lihat datanya dari 2019 ke 2023. Jadi penyebab pertama adalah Covid," ujar dia.
Selama Covid-19, kata dia, banyak kelas menengah kehilangan pekerjaan. Sementara sebagian lainnya, mengalami kebangkrutan bisnis.
"Jangan lupa loh Covid itu terjadi 2 tahun dan yang terjadi pada waktu itu ada kelas menengah yang kehilangan pekerjaan dan kelas menengah yang bisnisnya berhenti atau bangkrut," ungkapnya.
Apesnya, kata dia, setelah pandemi mereda masyarakat kembali dihantam problem lainnya seperti tingkat suku bunga yang tinggi. Kenaikan suku bunga itu, kata dia, mau tak mau turut mempengaruhi perekonomian.
"Jadi saya melihatnya kombinasi yang dimulai dari Covid, kemudian diperpanjang dengan tingkat bunga tinggi, nilai tukar melemah, apa-apa jadi mahal," kata dia.
Tak cuma suku bunga tinggi, Bambang mengatakan upaya kelas menengah untuk bangkit dari Covid-19 juga dihantam oleh naiknya harga beras karena efek El Nino. Meskipun inflasi secara umum stabil, Bambang mengatakan kenaikan harga beras itu membuat daya beli kelas menengah menurun.
"Kombinasi itulah yang membuat sebagian kelas menengah itu turun ke aspiring middle class," kata dia.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos Mal Blak-blakan Kelas Menengah RI Belum Pulih, Sorot Fenomena Ini