ARTICLE AD BOX
Liputan6.com, Makassar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan kini sudah ada 27 provinsi yang bisa melakukan operasi jantung terbuka. Angka ini jauh lebih banyak dibandingkan saat awal ia menjabat, dimana cuma sembilan provinsi yang bisa melakukan layanan tersebut.
“Sekarang sudah 27 provinsi bisa melakukan bedah jantung terbuka,” kata Menkes Budi saat berada di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo pada Selasa, 2 September 2025 di Makassar, Sulawesi Selatan.
Saat cuma sembilan provinsi yang bisa melakukan operasi jantung terbuka, hal tersebut membuat angka kematian pasien jantung tinggi.
"Kalau kasusnya di Maluku itu mesti dibawa ke provinsi terdekat yang rumah sakitnya punya kemampuan itu, itu sudah jelas (kemungkinan) wafat besar karena jauh dan antrian panjang," kata Budi saat rapat kerja dengan Komisi IX DPR pada Kamis, 4 September 2025yang dipantau secara online.
Budi pun berharap seluruh provinsi di Indonesia bisa melakukan operasi jantung terbuka.
“Mudah-mudahan akhir tahun depan, semua 34 provinsi mampu melakukan pembedahan jantung terbuka,” katanya.
Nakes Bisa Menguasai Operasi Jantung dari Bypass hingga Anak
Budi menuturkan ada tiga prosedur utama yang harus dikuasai tenaga kesehatan di rumah sakit rujukan daerah, yaitu penggantian atau perbaikan katup, operasi bypass (CABG), dan pembedahan pediatrik.
Selain itu, Budi mendorong peningkatan kompetensi rumah sakit agar mampu menangani prosedur yang lebih kompleks.
“Harapannya ke depan bukan hanya bypass atau penggantian katup, tetapi juga Tetralogy of Fallot, hingga prosedur kompleks seperti Norwood atau Fontan,” jelasnya.
Sulawesi Selatan Bisa Lakukan Operasi Jantung Terbuka
Saat ini RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo sudah bisa melakukan operasi jantung terbuka. Bekerja sama dengan King Salman Humanitarian Aid and Relief Center, para dokter di sana berhasil melakukan 34 operasi jantung, termasuk 13 operasi pada pasien anak (pediatrik).
Direktur Utama RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Prof. dr. Syafri Kamsul Arif menyambut baik program pemerataan layanan bedah jantung. Menurutnya, inisiatif ini tidak hanya menyelamatkan banyak pasien, tetapi juga menjadi momentum penting dalam pengembangan teknologi dan keterampilan tenaga medis.
“Program ini bermanfaat besar, baik untuk pasien jantung anak maupun dewasa, sekaligus bagi pengembangan teknologi serta kompetensi tenaga medis. Kolaborasi internasional memberi kami eksposur signifikan pada teknik operatif, kardiologi intervensi, pediatri, hingga pembedahan dewasa,” ungkap Syafri.
Pasien dari Indonesia Timur Tak Perlu ke Jakarta
Ia menambahkan, operasi bersama tim dari King Salman Humanitarian Aid and Relief berjalan sukses dan menjadi sarana transfer keterampilan yang berharga.
“Alhamdulillah sukses, ini sangat berarti sebagai transfer skill dan knowledge yang amat berharga bagi kami. Teman-teman dari intervensional kardiologi ikut membersamai, dan operasi berikutnya juga direncanakan di RS Wahidin,” tuturnya.
Syafri juga mengapresiasi dukungan berbagai pihak, termasuk donasi peralatan medis berteknologi tinggi. Menurutnya, semakin kuat layanan bedah jantung di RS Wahidin, semakin banyak pasien dari kawasan timur Indonesia yang bisa ditangani tanpa harus dirujuk ke Jakarta.