ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Kisah pria asal Singapura ini menarik perhatian. Pasalnya, ia memutuskan keluar dari pekerjaan dengan gaji besar dan memilih menjadi tukang kebun rumahan.
Tampaknya tidak semua orang memiliki keinginan untuk bekerja di perusahaan besar dengan jam kerja teratur dan gaji bulanan yang besar. Pasalnya, pekerjaan ini juga membutuhkan keterampilan, kedisiplinan, dan tekanan tinggi.
Oleh karena itu, tidak sedikit karyawan sebuah perusahaan berhenti dan memilih jalan yang berbeda. Sebagian mungkin memilih menjadi pengusaha, penjual makanan, atau mungkin menjadi tukang kebun, seperti yang dipilih pria satu ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peng Guoming meninggalkan pekerjaan sebelumnya yang bergaji tetap dan tinggi untuk beralih menjadi seorang tukang kebun. Awalnya, pria 64 tahun ini memang keluar dari pekerjaannya karena ingin merawat orang tua yang sudah lanjut usia, lapor asiaone.com (21/08/2024).
Namun, siapa sangka jalan keputusan tersebut justru membawanya menuju kesuksesan dan kepuasan dalam bidang yang sama sekali berbeda.
Kepada Shin Min Daily News, Peng bercerita selama 50 tahun terakhir dirinya telah tinggal bersama orang tuanya di sebuah flat HDB berlokasi di Aljunied Crescent, Singapura.
Orang tuanya juga memiliki kecintaan yang sama terhadap berkebun, dan selalu menanam banyak tanaman di koridor rumah mereka.
(Gambar hanya ilustrasti) Pria lebih memilih berkebun di rumah, menanam buahh anggur hingga tomat. Foto: Shin Min Daily News / istock
Peng yang dulunya bekerja di Industri IT dan memiliki penghasilan baik ini pun memutuskan berhenti dari pekerjaannya karena saat itu sang ayah didiagnosa menderita kanker tenggorokan. Peng membuat keputusan enam tahun lalu itu dengan sukarela, tanpa tekanan apapun.
Setelah ia memutuskan berhenti menjadi karyawan, pria ini mulai menikmati kegiatan berkebun. Aktivitas ini memberinya jalan keluar untuk melepaskan stress.
"Dulu orang tuaku bercocok tanam daun pandan, dan aku juga membantu mereka. Namun, selama pandemi aku tiba-tiba punya ide menanam anggur," jelasnya.
Ia lalu menanam anggur dari biji anggur yang dibeli di toko. Sayangnya, upaya tersebut tidak berhasil.
Peng lalu melakukan percobaan lain menggunakan tanaman merambat dari pembibitan. Akhirnya menghasilkan anggur pertamanya. Menurutnya, dibutuhkan waktu satu tahun untuk menanam anggur tersebut.
Ia juga perlu waktu beberapa kali percobaan sebelum menemukan metode yang tepat untuk menanamnya.
Selain anggur, Peng juga menanam tomat hingga cabai. Foto: Shin Min Daily News / istock
Peng lalu menjelaskan jika tanaman merambat berkayu sangat sensitif dan tidak dapat terkena banyak air atau sinar matahari. Bahkan, tanaman ini harus terlindungi dari semut.
Selain anggur, pria asal Singapura ini juga berhasil menanam cabai, tomat, dan melon. Ia juga merasa bangga karena berhasil memanen hasil jerih payahnya. Terlebih, aktivitas berkebun ini membantunya meredakan stress.
Tinggal di sebuah flat dan berkebun di koridor mungkin akan membuat tetangganya terganggu. Namun, Peng selalu memastikan koridor tempatnya berkebun tetap bersih dan rapi.
Selain itu, Peng juga memastikan untuk berbagi hasil panen dengan tetangganya. Ia senang karena bisa berbagi hasil tanam ini dengan orang tua dan tetangganya.
(aqr/adr)