AS Diprediksi Masuk Jurang Resesi, Ini Biang Keroknya

2 weeks ago 18
ARTICLE AD BOX
winjudi situs winjudi online winjudi slot online winjudi online slot gacor online situs slot gacor online link slot gacor online demo slot gacor online rtp slot gacor online slot gacor online terkini situs slot gacor online terkini link slot gacor online terkini demo slot gacor online terkini rtp slot gacor online terkini Akun slot gacor online Akun situs slot gacor online Akun link slot gacor online Akun demo slot gacor online Akun rtp slot gacor online informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya winjudi

Jakarta -

Pemotongan suku bunga Bank Sentral AS alias The Fed disebut tidak akan cukup kuat untuk menjauhkan pasar AS dari resesi. Pasalnya, perekonomian AS disebut sedang berada di titik puncak pelambatan ekonomi.

Pendapat itu diutarakan oleh Kepala Strategi Alokasi Aset Global BCA Research, Garry Evans. "Masing-masing dari kita sekarang percaya ada resesi, dan hal ini bertolak belakang dengan apa yang diyakini pasar," kata Evans dikutip dari CNBC, Jumat (23/8/2024).

Evans menunjuk bahwa ada beberapa tanda pelambatan ekonomi, salah satunya disebut sebagai situasi pasar tenaga kerja AS yang memburuk. Mengutip data Departemen Tenaga Kerja AS, tingkat tingkat pengangguran turun tipis menjadi 4,3% pada Juli 2024 dan menjadi angka tertinggi sejak Oktober 2021.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sisi lain, aktivitas manufaktur AS turun ke level terendah dalam delapan bulan terakhir pada Juli 2024. "Beberapa hal mengalami kerusakan yang cukup cepat saat ini," tutur Evans.

Adapun menurut CME FedWatch Tool, pasar dana berjangka The Fed menunjukkan investor memperkirakan setidaknya terjadi tiga kali penurunan suku bunga pada akhir 2024. Tapi, menurut Evans, hal itu tidak akan berpengaruh banyak.

Pasalnya, Evans menilai penurunan suku bunga tidak akan mencegah resesi, rata-rata resesi disebutnya berjalan selama 10 bulan. Perlu waktu sekitar setahun sebelum pemotongan suku bunga The Fed mendorong perekonomian.

"Pasar meyakini suku bunga fed fund pada akhir tahun depan akan sebesar 3%. Saat ini berada di 5,3%. Itu tidak akan terjadi kecuali terjadi resesi," tambahnya.

(kil/kil)

Read Entire Article