ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Pemotongan suku bunga Bank Sentral AS alias The Fed disebut tidak akan cukup kuat untuk menjauhkan pasar AS dari resesi. Pasalnya, perekonomian AS disebut sedang berada di titik puncak pelambatan ekonomi.
Pendapat itu diutarakan oleh Kepala Strategi Alokasi Aset Global BCA Research, Garry Evans. "Masing-masing dari kita sekarang percaya ada resesi, dan hal ini bertolak belakang dengan apa yang diyakini pasar," kata Evans dikutip dari CNBC, Jumat (23/8/2024).
Evans menunjuk bahwa ada beberapa tanda pelambatan ekonomi, salah satunya disebut sebagai situasi pasar tenaga kerja AS yang memburuk. Mengutip data Departemen Tenaga Kerja AS, tingkat tingkat pengangguran turun tipis menjadi 4,3% pada Juli 2024 dan menjadi angka tertinggi sejak Oktober 2021.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, aktivitas manufaktur AS turun ke level terendah dalam delapan bulan terakhir pada Juli 2024. "Beberapa hal mengalami kerusakan yang cukup cepat saat ini," tutur Evans.
Adapun menurut CME FedWatch Tool, pasar dana berjangka The Fed menunjukkan investor memperkirakan setidaknya terjadi tiga kali penurunan suku bunga pada akhir 2024. Tapi, menurut Evans, hal itu tidak akan berpengaruh banyak.
Pasalnya, Evans menilai penurunan suku bunga tidak akan mencegah resesi, rata-rata resesi disebutnya berjalan selama 10 bulan. Perlu waktu sekitar setahun sebelum pemotongan suku bunga The Fed mendorong perekonomian.
"Pasar meyakini suku bunga fed fund pada akhir tahun depan akan sebesar 3%. Saat ini berada di 5,3%. Itu tidak akan terjadi kecuali terjadi resesi," tambahnya.
(kil/kil)