ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Akhenaten adalah firaun dari dinasti ke-18 Mesir. Ia memerintah pada era 1353-1336 SM dan dikenal karena beragam kontroversi. Misalnya mendirikan kepercayaan baru hingga memindahkan ibukota.
Sebelum menggunakan nama Akhenaten, ia dikenal juga dengan nama Amenhotep IV. Ia merupakan putra Amenhotep III yang sempat membawa zaman keemasan bagi Mesir.
Berikut ini fakta-fakta terkait Akhenaten yang detikTravel rangkum dari berbagai sumber.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Tak Sengaja Memperoleh Kekuasaan
Akhenaten merupakan putra bungsu dari firaun Amenhotep III dari istri utamanya Tiye. Ia dikabarkan memiliki empat hingga lima saudara perempuan dan kakak laki-laki yang merupakan putra mahkota Thutmose.
Sebagai putra bungsu, ia tidak diharapkan untuk memerintah. Mengutip History Extra, setelah kematian dini dari putra mahkota, Firaun Akhenaten dikabarkan memerintah bersama ayahnya selama beberapa waktu dan akhirnya menjadi pemimpin tertinggi.
2. Membawa Ajaran Baru
Awal pemerintahannya masih mengikuti tradisi dan praktik yang berlaku di Mesir. Ia melanjutkan proyek pembangunan ayahnya juga menyembah dewa-dewa pada umumnya.
Namun, pada tahun kelimanya, ia menolak dewa utama Panteon, Amun, dan lebih memilih Aten. Berbeda dengan dewa-dewa lainnya, Aten tidak berbentuk manusia, melainkan cakram matahari yang memancarkan sinar dengan tangan di ujungnya.
3. Melawan Dewa-dewi Lama
Pada tahun kesembilan pemerintahannya, Akhenaten mengambil langkah radikal yang belum pernah terjadi. Untuk membangun agamanya, ia melarang dewa-dewi lama dan mendeklarasikan Aten sebagai satu-satunya Tuhan.
Lantas monumen dan kuil-kuil lama ditutup, serta festival yang telah lama menjadi bagian penting masyarakat Mesir pun tak lagi diselenggarakan.
4. Mengganti Nama demi Dewa
Demi menunjukkan kesetiannya kepada dewa Aten, ia yang memiliki nama Amenhotep III pun rela mengganti namanya menjadi Akhenaten. Beberapa sumber menyebutkan artinya adalah 'bermanfaat bagi Aten'.
5. Membangun Ibukota Baru
Pembangunan ibukota baru juga ternyata telah dilakukan pada era Akenathen. Mengutip Britannica, ia memindahkan ibukotanya ke lokasi baru sekitar 300 kilometer dari utara Thebes.
Lokasi yang dipilih itu bernama Akhetaton yang merupakan situs perawan di tepi timur Sungai Nil. Tempat itu adalah teluk gurun besar yang dikelilingi oleh tebing kapur, tempat diukirnya serangkaian prasasti perbatasan.
Serangkaian prasasti yang bertanggal tahun kelima, keenam, dan kedelapan pemerintahannya menggambarkan kota yang direncanakan dengan sangat rinci. Tertuang juga tujuan utama Akhenaten untuk membangun kota yang didedikasikan untuk penyembahan Aton yang terpisah dari pemujaan dewa-dewi sebelumnya.
Di ibukota baru dibangun istana besar yang terhubung ke perkebunan kerajaan melalui jembatan di atas jalan utama. Jalan itu mengarah ke istana utara dan permukiman tepi sungai.
Bangunan kerajaan dan keagamaan di pusat kota dikelilingi kantor administrasi, gudang, dan bengkel. Sedangkan pinggiran kota terdapat vila pribadi dan rumah-rumah pribadi yang kecil.
Sementara di selatan dibangun taman terpisah yang disebut Maru-Aton yang tampaknya sebagai tempat rekreasi bagi keluarga kerajaan. Kendati bagus, tetapi pembangunan itu dianggap tidak lazim karena letaknya berada di tepi padang pasir dan bukan daerah lahan pertanian.
6. Tubuhnya Menjadi Misteri
Namun, hingga kini tidak jelas kapan dan apa penyebab Akhenaten meninggal. Namun ia diprediksi meninggal pada tahun ke-17 pemerintahannya.
Selain itu, tak diketahui jelas apakah tubuhnya pernah ditemukan, terlebih makam kerajaan di Akhetaten tidak berisi pemakaman kerajaan.
7. Dibenci Firaun Penerusnya
Setelah kematiannya, pergeseran budaya dan agama pun kembali terjadi. Monumen dan patung dihancurkan, bahkan namanya dihapus dari daftar penguasa yang dibuat oleh firaun kemudian.
Bagi penerusnya, ia bahkan disebut sebagai 'penjahat' atau 'musuh' dalam catatan arsip selanjutnya.
(wkn/wkn)