ARTICLE AD BOX
Liputan6.com, Jakarta Seiring berjalannya masa kehamilan, seorang wanita akan mengalami berbagai perubahan fisik dan emosional yang wajar. Namun, penting bagi setiap ibu hamil untuk dapat membedakan mana perubahan yang normal dan mana yang termasuk tanda bahaya kehamilan. Mengenali gejala-gejala ini sedini mungkin merupakan kunci untuk mencegah komplikasi serius bagi ibu dan janin.
Tanda bahaya kehamilan adalah sinyal yang mengindikasikan adanya masalah kesehatan yang berpotensi membahayakan. Mengabaikan gejala ini dapat berujung pada kondisi yang tidak diinginkan, termasuk keguguran, persalinan prematur, atau bahkan kematian. Oleh karena itu, pemahaman yang tepat mengenai tanda bahaya kehamilan sangat penting bagi setiap calon ibu.
Menurut Pusdiknakes (2013), tanda bahaya kehamilan merupakan indikator adanya risiko yang jika tidak terdeteksi atau dilaporkan, bisa menyebabkan kematian ibu. Dengan mendeteksi dini gejala-gejala ini, tenaga kesehatan dapat mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan kehamilan berjalan lancar.
Berikut Liputan6.com ulas lengkap seputar tanda bahaya kehamilan.
Tanda Bahaya Kehamilan di Setiap Trimester
Kehamilan merupakan proses fisiologis, namun tidak menutup kemungkinan terjadi komplikasi. Deteksi dini terhadap tanda bahaya kehamilan sangat penting karena kehamilan yang normal dapat berubah menjadi patologis secara bertahap.
Menurut Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan Asuhan Kebidanan Kehamilan. S Tyastuti, HP Wahyuningsih, sekitar 80-90% kehamilan berlangsung normal, tetapi 10-12% sisanya dapat berkembang menjadi kehamilan patologis. Mengenali tanda-tanda berikut dapat membantu ibu dan tenaga kesehatan mengambil langkah pencegahan untuk keselamatan ibu dan bayi.
Tanda Bahaya Kehamilan Trimester I (0–12 minggu)
Trimester pertama adalah masa krusial di mana tubuh beradaptasi dengan kehamilan. Masa ini adalah periode pembentukan organ-organ vital janin, sehingga sangat rentan terhadap gangguan. Beberapa tanda bahaya yang perlu diwaspadai meliputi:
1. Perdarahan pada Kehamilan Muda
Diungkap dalam penelitian Ratna Dewi Puspitasari dkk, perdarahan adalah salah satu komplikasi terbanyak pada trimester pertama. Perdarahan bisa menjadi indikasi abortus (keguguran), yang memiliki beberapa jenis. Abortus imminens adalah ancaman keguguran yang ditandai dengan perdarahan ringan tanpa pembukaan serviks, sering disertai nyeri pinggang.
Abortus insipien adalah kondisi di mana keguguran sudah tidak bisa dipertahankan, ditandai dengan perdarahan hebat, nyeri perut hebat, dan pembukaan serviks. Sementara itu, perdarahan juga bisa menjadi gejala kehamilan ektopik, di mana janin tumbuh di luar rahim, atau mola hidatidosa, kehamilan abnormal tanpa janin yang ditandai dengan muntah parah dan uterus yang membesar secara tidak wajar.
2. Muntah Terus-menerus dan Tidak Bisa Makan (Hiperemesis Gravidarum)
Dibahas dalam penelitian oleh Dahlan, A.K. and Umrah, A. St. (2018), meskipun mual dan muntah (morning sickness) adalah gejala normal pada trimester pertama, jika kondisinya menjadi sangat parah hingga mengganggu aktivitas harian, menyebabkan dehidrasi, dan penurunan berat badan signifikan, ini disebut hiperemesis gravidarum. Kondisi ini dapat mengganggu keseimbangan elektrolit dan nutrisi ibu dan janin.
3. Anemia (Selaput Kelopak Mata Pucat
Anemia adalah kondisi di mana kadar hemoglobin (Hb) ibu di bawah 11 gr%. Pada trimester pertama, anemia bisa diperburuk oleh mual dan muntah yang membuat ibu sulit makan makanan bergizi. Anemia dapat menyebabkan kelelahan ekstrem dan berpotensi memengaruhi pertumbuhan janin.
4. Demam Tinggi
Demam dengan suhu tubuh di atas 38°C bisa menjadi tanda adanya infeksi dalam kehamilan. Infeksi pada tahap ini sangat berbahaya karena dapat memengaruhi perkembangan janin dan bahkan meningkatkan risiko keguguran.
Tanda Bahaya Kehamilan Trimester II (13–28 minggu)
Pada trimester kedua, ibu biasanya merasa lebih nyaman karena gejala mual sudah mereda, dan mulai merasakan gerakan janin. Meskipun demikian, ada beberapa tanda bahaya yang tetap harus diwaspadai:
1. Demam Tinggi
Sama seperti trimester pertama, demam tinggi pada trimester kedua juga mengindikasikan adanya infeksi. Infeksi dapat terjadi di saluran kemih, pernapasan, atau di bagian tubuh lainnya. Penanganan cepat sangat penting untuk mencegah penyebaran infeksi yang dapat menyebabkan komplikasi serius bagi ibu dan janin.
2. Bayi Kurang Bergerak atau Tidak Bergerak Sama Sekali
Gerakan janin adalah indikator vitalitas janin. Ibu mulai merasakan gerakan janin pada bulan kelima atau keenam kehamilan. Jika gerakan janin tidak ada atau kurang dari tiga kali dalam satu jam saat ibu beristirahat, ini bisa menjadi tanda gawat janin. Dijelaskan dalam penelitian oleh Marwiyah N, Sufi F. Pengaruh Senam Hamil Terhadap Kualitas Tidur Ibu, Kurangnya gerakan dapat mengindikasikan Intra Uterine Fetal Death (IUFD) atau masalah serius lainnya yang memerlukan pemeriksaan USG segera.
3. Anemia (Selaput Kelopak Mata Pucat)
Anemia pada trimester kedua disebabkan oleh hemodilusi atau pengenceran darah. Volume darah ibu meningkat untuk mendukung pertumbuhan janin, tetapi terkadang produksi sel darah merah tidak mengimbangi, menyebabkan penurunan kadar hemoglobin. Anemia berat dapat memicu kelahiran prematur atau bayi lahir dengan berat badan rendah.
Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III (29–42 minggu)
Trimester ketiga adalah periode akhir kehamilan di mana ibu perlu sangat waspada terhadap gejala-gejala yang dapat memicu komplikasi menjelang persalinan.