ARTICLE AD BOX
Morowali -
Kawasan industri pengolahan material mineral dan logam di Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah yang dikelola oleh PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) menjadi salah satu ujung tombak hilirisasi industri nikel skala besar di Indonesia. Bahkan, kawasan IMIP telah ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional dan Objek Vital Nasional sejak tahun 2019.
Communications Director PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) Emilia Bassar mengatakan, kawasan ini memiliki sejumlah fasilitas penunjang hilirisasi. Tak hanya untuk kepentingan bisnis, beragam fasilitas pun turut dihadirkan untuk mendorong kesejahteraan para karyawan yang bekerja di kawasan IMIP.
Emilia menjelaskan detail fasilitas yang terdapat di kawasan IMIP, antara lain bandara khusus, Water Treatment Plant (WTP), Oxygen Plant, pembangkit listrik tenaga uap, klinik kesehatan, mes karyawan, central kitchen, dan pelabuhan/jetty. Ada pula fasilitas sekolah dasar, kampus politeknik bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian dan terminal air baku.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Beberapa fasilitas itu digunakan untuk kebutuhan operasional perusahaan di antaranya, pelabuhan/jetty, WTP, Oxygen Plant dan PLTU. Sementara lainnya digunakan untuk melayani kebutuhan karyawan dan masyarakat sekitar. Klinik kesehatan IMIP juga diwujudkan melalui klinik desa yang langsung dirasakan oleh masyarakat sekitar," kata Emilia kepada detikcom di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Pantauan detikcom di kawasan industri Indonesia Morowali Industrial Park, Bahodopi, Sulawesi Tengah, terlihat sejumlah fasilitas tergolong komplit. Sebagai contoh fasilitas kesehatan. IMIP memiliki dua klinik yang berada di dalam dan luar kawasan industri.
Khusus di dalam kawasan, layanan klinik gratis diperuntukkan bagi karyawan di kawasan IMIP. Sementara di luar kawasan, terdapat klinik yang bisa dimanfaatkan oleh karyawan dan warga sekitar secara gratis.
Klinik di luar kawasan menyediakan fasilitas cukup lengkap. Mulai dari tenaga kesehatan, ambulans, laboratorium, ruang rawat inap, ruang rawat jalan, pendingin ruangan, dan fasilitas penunjang lainnya hadir di klinik tersebut. Terpantau di lokasi, sejumlah warga dan karyawan terlihat antre dengan rapi untuk mendapatkan layanan kesehatan dari petugas medis klinik IMIP.
Foto: Dea Duta Aulia/detikcom
Tak hanya ke klinik, detikcom pun berkesempatan untuk melihat fasilitas lain yang bisa dimanfaatkan oleh karyawan, salah satunya central kitchen (CK). CK sendiri merupakan tempat makan atau kantin yang bisa diakses oleh karyawan secara gratis.
Biasanya, karyawan akan memadati tempat tersebut pada waktu makan pagi, siang, dan sore. Dengan konsep prasmanan, para karyawan dipersiapkan untuk mengambil lauk yang diinginkan.
Lauk yang disajikan IMIP melalui CK tampak memenuhi standar gizi sehat. Di setiap menunya, terdapat makanan dengan nutrisi karbohidrat, protein, sayuran, dan buah-buahan. Bahan baku untuk 'pemadam kelaparan IMIP' ini didapat lewat petani dan juga supplier bahan pangan yang berada di bawah binaan BUMDES (Badan Usaha Milik Desa).
Standar Kesehatan dan Keselamatan
Menariknya, untuk menjaga kebersihan tempat, biasanya para karyawan sebelum memasuki CK harus melepas sepatu. Hal itu bertujuan agar kotoran di sepatu tidak terbawa ke tempat makan, sehingga ruangan terjaga bersih dan higienis. Apalagi Central Kitchen yang dimiliki oleh PT IMIP sendiri, telah mendapatkan ISO 22000:2018 tentang Manajemen Keamanan Pangan.
Foto: Dea Duta Aulia/detikcom
Tak hanya itu, selama di dalam kawasan, setiap karyawan PT IMIP dan tenant diwajibkan mengenakan alat pelindung diri mulai dari helm, pakaian proyek berlengan dan celana panjang, sepatu proyek, hingga kacamata.
Selain itu, Emilia menambahkan, setiap seragam karyawan yang bekerja di dalam kawasan dilengkapi material kain yang dapat memancarkan sinar dalam gelap, sekaligus memantulkan cahaya jika terkena sumber cahaya. Hal itu bertujuan untuk meminimalisir risiko terjadinya kecelakaan kerja, terlebih saat malam hari.
Fasilitas lain di dalam kawasan adalah terminal bus yang berfungsi untuk mengantarkan karyawan dari satu area menuju pabrik atau perhentian selanjutnya. Dengan begitu, mobilisasi karyawan di dalam kawasan dimudahkan dengan ketersediaan armada bus.
"Hal inilah yang menjadi salah satu daya saing dari kawasan industri IMIP. Tujuannya agar fasilitas-fasilitas penunjang di dalam kawasan IMIP dapat digunakan oleh para tenant, sehingga mereka dapat mengoptimalkan produksi mereka, dan mereka bisa menurunkan biaya produksi," jelas Emilia.
Untuk menunjang bisnis, IMIP juga memiliki fasilitas seperti pelabuhan dan bandara. Khusus untuk pelabuhan, mampu menampung beban material produksi ekspor dan impor berkapasitas hingga 150 juta ton per tahun.
"Bandar udara khusus sepanjang 1.890 meter. Pelabuhan laut atau jetty dengan kapasitas sampai dengan 150 juta ton per tahun untuk mendukung kegiatan ekspor dan impor," ungkapnya.
Dia pun mengatakan, kawasan industri yang dikelola oleh IMIP mampu memproduksi hingga jutaan ton nickel pig iron (NPI) setiap tahun. Kawasan industri IMIP memiliki pabrik peleburan besi, nikel, dan kromium. Terdapat juga smelter peleburan baja tahan karat, penggulungan panas, anil, serta pengawetan dan penggulungan dingin yang terintegrasi pertama di dunia.
"Selain itu, kawasan IMIP juga memiliki proyek baja karbon skala besar dan material baterai energi baru," ungkapnya.
Kapasitas produksi tahunan di smelter dalam kawasan IMIP, antara lain 4,475 juta ton nickel pig iron (NPI), 4 juta ton billet baja tahan karat (stainless steel slab), 7 juta ton baja karbon umum (carbon steel), dan 93,6 ribu ton logam nikel (MHP/metode basah).
(akd/ega)