ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Pasokan beras dalam negeri pada awal tahun depan diprediksi kekurangan 3 juta ton. Prediksi itu berangkat dari kondisi awal tahun depan yang diproyeksi belum terjadi panen raya.
Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi dalam rapat dengan Komisi IV DPR RI, Rabu (4/9) kemarin.
"Kami menghadapi Januari-Februari paceklik, belum panen dikhawatirkan defisit 3 juta ton (beras). Maret itu Ramadan maju," kata dia, dikutip Kamis (5/9/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami antisipasi defisit 3 juta di Januari 2025, karena tahun ini sebesar itu," tambahnya.
Meski begitu, Bulog meyakini pasokan yang ada di akhir tahun bisa mencukupi hanya saja tidak banyak. Bayu memprediksi stok cadangan beras pemerintah (CBP) mencapai 1,5 juta ton.
"Stok pemerintah posisi saat ini angka besar sekitar 1,35 juta ton akan masuk dari luar negeri 900 ribu. Pengadaan dalam negeri optimis 200 ribu lagi, sehingga akhir tahun dari sisi pasokan akan punya 2,45 juta sekitar 2,5 juta. Penggunaanya untuk bantuan pangan sisa 2 bulan 450 ribu SPHP sisa 4 bulan 500 ribu ton, sehingga pengamatannya di akhir tahun stok kita 1,5 juta. Insyaallah itu yang diusahakan," jelasnya.
Melihat stok akhir tahun hanya 1,5 juta ton, dan ada kekhawatiran kurang 3 juta ton awal 2025, maka Bulog meminta agar penugasan dari pemerintah baru bisa lebih awal untuk penugasan penyerapan beras.
"Pemerintah memerintahkan menambah stok diberikan lebih awal sehingga kita lebih siap. Perintahnya badan pangan yang mendapat perintah dari presiden. Terus terang Maret itu Ramadan itu maju, buat saya perlu di antisipasi," jelas dia.
Sebelumnya, Bayu sendiri juga telah mengatakan ada potensi kemunduran masa tanam dan panen raya. Hal itu disebabkan dengan kekeringan yang berkepanjangan.
Bayu menjelaskan menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) musim kering ini masih akan terjadi hingga September-Oktober. Maka, petani belum bisa melakukan penanaman.
"Itu artinya musim tanam, musim tanam di musim hujan itu akan mundur, mungkin sampai ke Oktober baru musim tanam," kata dia dalam diskusi di kantor pusat Perum Bulog, Jakarta Selatan, Jumat (30/8) lalu.
Saat musim tanam mundur maka panen raya akan mundur juga. Jika seharusnya panen raya terjadi di Januari, maka saat musim tanam mundur ke Oktober, berarti panen raya terjadi tiga bulan berikutnya yakni di Februari.
"Kalau Januari, Februari mulai panen, pada saat itu pasti belum ada beras. Karena panen di jemur, dan ingat Januari, Februari, Maret adalah musim hujan, jadi mengeringkan akan sulit. Maka beras mungkin baru akan ada tersedia di pasar kira-kira bulan Maret," terangnya.
(ada/kil)