ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingkatkan Indonesia rawan diterpa gempa berskala raksasa alias megathrust. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, mengatakan pihaknya sudah menyiapkan antisipasi buat hal tersebut.
Basuki mengatakan bahwa saat ini PUPR terus memperbaiki teknologi rumah tahan gempa, termasuk penggunaan Standar Nasional Indonesia dalam konsruksi bangunan.
"Megathrust pasti hubungannya dengan gempa, ya kan? Jadi makanya, pak Dirjen (Dirjen Perumahan PUPR Iwan Suprijanto), bilang Proptech ini untuk memastikan semua bangunan rumah menggunakan teknologi tahan gempa," kata Basuki di Kantor Kementerian PUPR, Jakarat Selatan, Jumat (23/8/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan teknologi SNI yang baru, Basuki mengatakan bahwa berbagai bangunan di Indonesia bisa tahan gempa sampai 1.000 tahun. Hal ini membuat rumah lebih resisten terhadap guncangan yang dihasilkan gempa.
"Teknologi tahan gempa dengan SNI yang baru itu 1000 tahun year period dari gempa, lebih tinggi tahan gempanya," kata Basuki.
Adapun dalam sambutannya di agenda Proptech Convention & Expo di hari yang sama, Basuki turut mengakui bahwa sejumlah wilayah di Indonesia rawan mengalami bencana tektonik.
Satu-satunya daerah yang aman adalah di Pulau Kalimantan, tempat Ibu Kota Nusantara (IKN) berada. Adapun untuk Pulau Sulawesi, Sumatera, dan Jawa, disebutnya sebagai daerah rawan gempa.
Adapun berdasarkan pemberitaan sebelumnya, BMKG memperingkatkan gempa megathrust 'tinggal tunggu waktu' untuk terjadi di Indonesia. Gempa itu dapat memicu tsunami. Dalam keterangan resminya, BMKG menyebut ada kekhawatiran dari ilmuan Indonesia terhadap Megathrust Selat Sunda M 8.7 dan Megathrust Mentawai-Suberut 8.9. Pasalnya, kedua megathrust itu sudah lama tidak melepaskan energi besarnya.
Sebagai catatan, gempa bumi megathrust adalah gempa bumi yang berasal dari zona megathrust. Megathrust adalah bagian dangkah sebuah lajur pada zona subduksi yang memiliki sudut tukik yang landai.
(fdl/fdl)