ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Presiden terpilih Prabowo Subianto berencana solar campur sawit 50% atau B50 dapat disalurkan paling cepat akhir tahun. Namun, sejumlah petani sawit menilai masih ada hambatan untuk mencapai target tersebut, salah satunya regulasi.
Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO), Gulat Manurung mengatakan ada 34 kementerian dan lembaga (K/L) yang terlibat terkait regulasi industri sawit. Banyaknya K/L yang campur tangan ini membuat hanya beberapa petani yang memenuhi persyaratan Peremajaan Sawit Rakyat (PSR).
Untuk itu, dia mengusulkan agar presiden terpilih nanti mendirikan badan khusus sawit. Nantinya, badan tersebut berfokus mengurus persoalan sawit yang selama ini masih banyak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Banyak sekali kementerian/lembaga yang mencampuri salah satu masalah kenapa kita lambat, usul kami petani sawit adalah dengan mendirikan badan otoritas sawit Indonesia, langsung di bawah presiden. Jadi, tidak malah seperti yang sedang dibahas sekarang di Kementerian Koordinator bidang Perekonomian," kata Gulat kepada detikcom, Jumat (30/8/2024).
Dia membandingkan Malaysia yang sudah mempunyai badan khusus sawit, yakni Malaysian Palm Oil Board (MPOB). Dengan dibentuknya badan khusus sawit itu, perkembangan industri sawit di Malaysia lebih cepat tumbuh karena tidak adanya tumpang tindih aturan hingga perizinan yang cepat.
Dia menjelaskan, badan sawit ini secara khusus akan mengurusi persoalan sawit yang masih banyak, termasuk perizinan. Gulat menyebut terkait perizinan saat ini masih ada tumpang tindih aturan di sejumlah kementerian, seperti Kementerian Perindustrian dan Kementerian Pertanian.
"Jadi, artinya ini akan mengurusi dari A sampai Z, sawit tidak boleh dicampur di kementerian lain atau lembaga lain seperti sekarang, kementerian-kementerian, Kementerian Pertanian saling berantem karena salah satu izinnya ada di Kementerian Perindustrian, satu lagi izinnya di Kementerian Pertanian, yang mana yang benar," jelasnya.
Senada, Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Sahat Sinaga mengatakan regulasi di industri sawit mulai dari hulu hingga ke hilir harus konsisten dengan dinaungi satu badan saja. Dengan adanya satu badan yang menaungi, dapat meningkatkan pasar domestik, dan produksi sawit Indonesia sedang melakukan perbaikan. Selain itu, ada minat yang tinggi bagi para industriawan hilir sawit akan lebih merasa nyaman.
"Regulasi di industri (hulu-hilir) persawitan itu konsisten, ditangani oleh 1 institusi, tidak seperti sekarang ini ada 32 kementerian/lembaga terlibat," katanya kepada detikcom.
Dia menyambut baik program B50 ke depannya. Pasalnya, melalui program itu pemakaian minyak sawit akan meningkat dari 11,03 juta ton per tahun ke 15,78 juta ton CPO per tahun. Dari segi bisnis, konsumsi lokal minyak sawit mentah atau CPO meningkat ke level 54,4% dari 42,5%.
Tentunya, hal itu juga harus didukung dengan lokasi industri hilir sawit yang diperbaiki, termasuk fasilitas penunjang yang tersedia, seperti perizinan yang tidak bertele-tele dan harga yang wajar. Bahkan bila perlu ada insentif untuk semakin menarik pengusaha.
"Ini akan mendapatkan respons yang cepat, bila didukung oleh KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) untuk lokasi industri hilir Sawit dibenahi dengan baik, yaitu aman, fasilitas penunjang cukup tersedia, gas, listrik,air, pengurusan AMDAL dan perizinan lainnya tidak bertele-tele. Perlu ada pemanis, berupa financial incentive," terangnya.
Sebelumnya, Presiden terpilih sekaligus Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyatakan Indonesia sedang mengebut pengembangan biodiesel, campuran solar dengan sawit B50. Artinya, kandungan minyak kelapa sawit dalam bahan bakar tersebut bisa mencapai 50%.
Targetnya B50 bisa disalurkan di seluruh Indonesia paling cepat akhir tahun ini, atau paling lambat tahun depan. Hal ini bisa mengurangi ketergantungan impor minyak untuk membuat solar, ujungnya Prabowo menilai Indonesia bisa hemat US$ 20 miliar atau Rp 309,7 triliun untuk impor minyak.
"Kita sebentar lagi tak perlu impor solar lagi, solar kita akan datang dari yang namanya kelapa sawit, namanya biodiesel. Sekarang kan B35, kita akan percepat jadi B40, B50 minimal. Dengan capai B50, biodiesel 50% dari kelapa sawit, begitu capai itu insyaallah akhir tahun ini atau awal tahun depan, kita akan hemat US$ 20 miliar," ujar Prabowo saat memberikan sambutan dalam Penutupan Kongres PAN 2024, dikutip Minggu (25/8/2024).
(ara/ara)