ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Pemimpin Gereja Katolik Dunia sekaligus Kepala Negara Vatikan, Paus Fransiskus, menyesalkan konflik yang saat ini masih terjadi di beberapa negara. Paus Fransiskus menilai konflik itu terjadi karena kurangnya rasa saling menghargai dan intoleransi.
Awalnya, Paus Fransiskus mengutip pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Dia menyoroti kalimat 'Keadilan Sosial' yang ada di sila ke-5 Pancasila yang tertuang dalam UUD 1945.
"Prinsip-prinsip ini dapat disamakan dengan konstruktur pendukung sebuah fondasi yang kokoh untuk membangun rumah, bukankah kita pasti menyadari bahwa prinsip-prinsip ini sesuai dengan motto kunjungan saya di Indonesia. Iman, persaudaraan, bela rasa," kata Paus Fransiskus di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (4/9/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Paus Fransiskus kemudian menyesalkan konflik yang masih terjadi di beberapa negara. Menurutnya, konflik itu muncul karena tidak saling menghargai.
"Sayangnya, bagaimanapun kita melihat di dunia saat ini kecenderungan-kecenderungan tertentu yang menghalangi perkembangan persaudaraan universal di berbagai negara, kita menyaksikan munculnya konflik-konflik kekerasan yang seringkali adalah akibat kurangnya saling menghargai, dan dari keinginan intoleran untuk memaksakan kepentingan sendiri, posisi sendiri, dan narasi histori sepihak," ucapnya.
"Dengan segala upaya bahwa kalau bahkan hal ini membawa kepada penderitaan tiada akhir bagi seluruh komunitas dan berujung pada peperangan dan banyak pertumpahan darah," imbuhnya.
Paus Fransiskus mengungkap penyebab ketegangan muncul di berbagai negara. Ketegangan dan kekerasan ini bisa berakibat masyarakat jadi makin terpinggirkan.
"Kadang-kadang ketegangan dengan unsur kekerasan timbul dalam negara-negara karena mereka yang berkuasa ingin menyeragamkan segala sesuatu dengan memaksakan visi mereka. Bahkan dalam hal-hal yang seharusnya diserahkan kepada otonomi individu-individu atau kelompok-kelompok yang berkaitan," katanya.
"Terlebih, terlepas dari kebijakan-kebijakan yang mengesankan terdapat juga kurangnya komitmen sejati yang berorientasi ke depan untuk menerapkan prinsip-prinsip keadilan sosial. Akibatnya sebagian besar umat terpinggirkan tanpa sarana menjalani hidup yang bermartabat, dan tanpa perlindungan dari ketimpangan sosial yang serius dan bertumbuh yang memicu konflik-konflik yang marak," sambungnya.
(zap/imk)