ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) ditargetkan mulai 2025. Sebanyak 100 unit pelayanan dipersiapkan untuk menjalankan program tersebut.
Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi mengatakan Badan Gizi Nasional (BGN) menargetkan 100 unit pelayanan beroperasi pada November. Dia menjelaskan, unit pelayanan ini yang menyiapkan makan gratis dan disalurkan ke sekolah, balita, hingga ke ibu hamil.
"Supaya langsung bisa running di tahun 2025, bulan November 2024 nanti, BGN menargetkan bisa mengoperasikan 100 unit pelayanan yang akan ada di seluruh provinsi," kata Hasan kepada detikcom, Senin (2/9/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan, saat ini baru ada satu unit pelayanan di Sukabumi yang baru berjalan. Rencananya, ada 3-4 unit pelayanan di setiap provinsi secara bertahap.
Dalam operasionalnya, tidak menutup kemungkinan menggandeng masyarakat, pelaku koperasi hingga yayasan setempat. Namun, tentunya sesuai standar operasional prosedur (SOP) yang diterapkan BGN.
"Di luar itu nanti bisa ada keterlibatan koperasi untuk bisa bikinnya, ada keterlibatan yayasan, ada keterlibatan masyarakat bisa untuk bikinnya, tapi harus memenuhi SOP yang diterapkan oleh Badan Gizi," jelasnya.
Dia menekankan, menu MBG setiap daerah dapat berbeda tergantung dengan pasokan bahan baku setempat. BGN tidak menentukan menu, hanya menentukan standar kalori dan gizi untuk anak-anak di daerah tersebut.
"Nah itu Itu harus melibatkan supply bahan baku dari masyarakat sekitar. Jadi yang dibuatkan nanti oleh Badan Gizi Itu bukan menu kemudian dicari bahan bakunya, tapi menu bergantung dengan bahan baku yang tersedia di daerah itu. Standarnya bukan jenis menunya apa, tapi standarnya adalah ketercukupan gizi dan kalori untuk anak-anak di daerah itu," terangnya.
Lebih lanjut, BGN juga memastikan standar dari hulu hingga ke hilir, mulai dari higienitas makanan, cara penyimpanan makanan, hingga pengelolaan sampah dapur. Dia memastikan setiap unit ini akan menggandeng para ahli di bidangnya.
"Standarnya sangat tinggi, makanya tidak mudah untuk memenuhi standar unit pelayanan ini. Ada ahlinya, ada orang yang mengawasi higienitasnya, sampling makanannya disimpan Supaya kalau ada apa-apa bisa dicek, pengelolaan sampahnya harus zero waste sampah dapurnya diolah seperti apa. Jadi dari hulu sampai hilir sistemnya dipikirkan dengan baik, termasuk pemasoknya dari mana," tambahnya.
(ara/ara)