ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima kunjungan Senior Minister and Coordinating Minister for National Security Singapura, Teo Chee Hean di Istana Negara, Jakarta siang ini. Apa yang dibahas keduanya?
Pantauan detikcom, Kamis (5/9/2024), Teo Chee Hean tiba di Istana Negara, Jakarta sekitar pukul 11.15 WIB dan keluar pukul 11.30 WIB. Ia didampingi sejumlah delegasinya saat bertemu Jokowi.
Tidak ada keterangan apapun yang diberikan. Keluar dari Istana, Teo Chee Hean pun hanya melambaikan tangan ke media.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikonfirmasi terpisah, Koordinator Stafsus Presiden, Ari Dwipayana mengatakan kehadiran Teo Chee Hean di Istana merupakan kunjungan kehormatan. Ari tidak memberikan keterangan rinci apa saja hal yang dibahas dalam pertemuan itu.
"Kehadiran Senior Minister Teo Chee Hean di Istana adalah kunjungan kehormatan kepada Presiden Joko Widodo," kata Ari.
Ari mengatakan keberadaan Teo Chee Hean di Indonesia ini juga sekaligus menghadiri Indonesia International Sustainability Forum (IISF) 2024 yang digelar di JCC, Senayan, Jakarta.
"Beliau berada di Indonesia dalam rangka penuhi undangan Menko Marves untuk International Sustainability Forum," lanjut Ari.
Diketahui, Jokowi telah membuka IISF 2024 pagi tadi. Dalam sambutannya, Jokowi menekankan bahayanya perubahan iklim dan pentingnya transisi energi.
"Saya rasa, saya tidak perlu lagi menyampaikan soal betapa berbahayanya perubahan iklim, soal betapa mendesekanya transisi energi, soal betapa pentingnya keberlanjutan. Bapak Ibu yang hadir di sini jauh lebih tau," kata Jokowi, di JCC, Senayan, Jakarta.
Jokowi lalu menekankan kalau masalah iklim tak akan pernah selesai jika dunia hanya melakukan pendekatan ekonomi dan mementingkan egosentris. Jokowi menyebut perlunya pendekatan kolaboratif dengan tidak mengesampingkan kepentingan rakyat kecil.
"Yang justru ingin saya tekankan adalah permasalahan perubahan iklim ini tidak akan pernah bisa terselesaikan selama dunia menggunakan pendekatan ekonomi, selama dunia hanya menghitung keuntungan sendiri, dan selama dunia hanya mementingkan egosenstris sendiri sendiri," ujarnya.
"Karena untuk menyelesaikannya butuh pendekatan yang kolaboratif, butuh pendekatan yang berperikemanusiaan, dan kolaborasi antaranegara maju dan negara berkembang, dan juga kemanusiaan agar prosesnya tidak mengorbankan kepentingan rakyat kecil," lanjut Jokowi.
image0.jpeg
(eva/aud)