ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Penerbangan umrah kerap meninggalkan kesan tersendiri bagi para kru pesawat. Octafia Dewi, salah satu pramugari maskapai Lion Air menceritakan suka duka melayani penerbangan umrah.
Perempuan berusia 24 tahun itu bercerita, penerbangan menuju Tanah Suci selalu memberikan pengalaman yang berbeda. Terlebih para penumpang yang menggunakan jasa mereka mayoritas kalangan lanjut usia.
"Kalau terbang umrah itu ada kesabaran buat melayani penumpang-penumpangnya. Apalagi penumpangnya rata-rata , sudah sepuh, rata-rata mereka tidak tahu cara menggunakan toilet atau sabuk pengaman juga mereka nggak tahu," katanya di sela acara Hub Space di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (6/9/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi tersebut memberikan tantangan tersendiri. Namun, ia pribadi merasa senang melayani penumpang sehingga tetap bersikap profesional selama bertugas.
Pengalaman sedih juga beberapa kali dialami dalam sejumlah penerbangan. Beberapa kali ia harus menyaksikan penumpangnya sakit dan meninggal dunia dalam perjalanan.
" Yang paling sedih itu kalau misalnya balik dari Jeddah ke Indonesia, rata-rata kan penumpangnya dah pada sakit, udah cape. Saya pernah menemukan penumpang udah sakit, beliau sudah tua dan sesak nafas. Dia diperiksa fit dan boleh terbang," ujarnya.
"Itu penerbangan Jeddah-Medan, ternyata di atas butuh oksigen, jadi selama penerbangan 8 jam dia nggak bisa ngapa-ngapain cuman tiduran doang dan pasang oksigen. Pas sampai di Medan sedihnya banget bapaknya udah nggak ada. Jadi kalau penerbangan umroh itu yang paling sedih," tuturnya.
(ily/hns)