ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Bahan kimia Bisphenol A (BPA) kerap dibayangi kesalahpahaman di masyarakat. BPA sendiri adalah zat kimia dasar yang digunakan dalam banyak produk sehari-hari, seperti bon, ponsel, helm, hingga wadah makanan atau minuman.
Informasi yang simpang siur membuat masyarakat menyimpulkan sendiri-sendiri secara gegabah tentang BPA tersebut. Imbasnya, tak sedikit yang latah mengikuti tren apa-apa harus BPA Free tanpa tahu dari mana saja risiko paparan BPA berasal.
Umumnya, kecenderungan pilih-pilih produk dengan label BPA Free ditujukan pada produk kemasan makanan atau minuman berbahan plastik polikarbonat yang memang dibuat dari BPA. Faktanya, berbagai riset menunjukkan paparan BPA paling besar berasal dari sumber lain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebuah studi meneliti kandungan BPA di berbagai makanan baik makanan segar, beku, dan kaleng. Mereka menemukan BPA di 73 persen makanan kaleng. Di makanan segar dan beku sekalipun juga ditemukan BPA sebanyak 7 persen," kata spesialis gizi klinik dr Karin Wiradarma, M Gizi, SpGK dalam diskusi detikcom Leaders Forum, Rabu (21/8/2024).
Diskusi detikcom Leaders Forum membahas fakta-fakta Bisphenol A atau BPA. Seorang peserta tengah menyampaikan pertanyaan kepada para pembicara. Foto: Pradita Utama/detikHealth
Mengutip sebuah riset, dr Karin menyebut temuan kadar BPA dalam kemasan ikan kaleng ada yang mencapai 106 nanogram/gram. Kadar bervariasi tergantung sifat kimia bahan pangan yang dikemasnya, termasuk sifat keasamannya.
Sementara itu, dokter spesialis penyakit dalam Dr dr Andhika Rachman, SpPD-KHOM menjelaskan bahwa risiko migrasi partikel BPA dari kemasan kaleng terjadi hanya pada kondisi tertentu. Utamanya saat dipanaskan dengan suhu tinggi di atas suhu 70 derajat celcius.
Hingga takaran tertentu, paparan BPA juga masih dapat diurai dengan baik di dalam tubuh dan dikeluarkan melalui urine. Oleh karenanya, selama masih dalam rentang kadar yang aman maka kecil kemungkinan paparan BPA dapat memicu masalah kesehatan.
Terkait risiko paparan tersebut, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga telah menetapkan regulasi untuk kemasan pangan berbahan plastik polikarbonat. Batas maksimal migrasi BPA pada kemasan tersebut ditetapkan sebesar 0,6 bpj (bagian perjuta) atau 600 mikrogram/kg.
"Pada akhirnya kesimpulannya nggak perlu takut lah dengan BPA tadi meskipun perlu precaution," jelas dr Andhika.
Pemahaman yang tidak tepat membuat masyarakat bingung menentukan pilihan. Foto: Pradita Utama/detikHealth
Saksikan Live DetikSore
(up/up)