ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Pengaliran gas bumi dari pipa Cirebon-Semarang (Cisem) Tahap I ikut menggeliatkan industri di sepanjang jalur pipa transmisi. Tak hanya menguntungkan kawasan industri, di sisi lain keberadaan jaringan gas pipa Cisem juga membantu industri lain untuk tumbuh.
Anggota Komite BPH Migas Wahyudi Anas mengatakan dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi, maka perlu didukung penyaluran gas yang andal, sesuai kebutuhan konsumen.
"Untuk mendukung industri yang menggunakan gas bumi, diperlukan layanan penyaluran gas yang kontinu, serta harga yang kompetitif agar dapat bersaing dengan produk impor," ungkapnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (24/8/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal tersebut ia sampaikan di sela-sela kunjungan kerja ke Stasiun Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Batang dan PT Rumah Keramik Indonesia yang berlokasi di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, di Batang, Jawa Tengah beberapa waktu lalu.
Wahyudi menjelaskan pipa gas Cisem Tahap I merupakan jalur pipa transmisi 20 inci yang membentang dari Semarang hingga Batang, dengan panjang 60 Km. Pipa Cisem dibangun dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM, serta dioperasikan PT Pertamina Gas. Adapun sumber gasnya berasal dari Lapangan Gas Jambaran Tiung Biru (JTB).
Diketahui gas bumi dari pipa Cisem I dimanfaatkan oleh KIT Batang, yang dialirkan PT Pertamina Gas dari Onshore Receiving Facility (ORF) Tambakrejo Semarang pada akhir Juli 2024.
Sebelumnya, gas juga telah dialirkan ke Kawasan Industri Khusus Kendal, Kawasan Industri Wijaya Kusuma, dan Kawasan Industri Tambak Aji.
Dia pun mendorong pembangunan infrastruktur pipa distribusi di setiap Kabupaten atau Kota yang dilewati pipa Cisem. Hal ini agar penyerapan gas bumi bisa lebih optimal.
Wahyudi mengungkapkan ekosistem pengelolaan energi gas bumi dari hulu, midstream, dan hilir meliputi produksi gas hulu, tersedianya infrastruktur gas bumi yang terus dikembangkan oleh investor atau badan usaha serta menghubungkan ke konsumen sebagai pengguna akhir gas bumi. Ekosistem ini bertujuan mengoptimalkan pemanfaatan gas bumi di dalam negeri untuk pertumbuhan ekonomi.
Sementara itu, anggota Komite BPH Migas Iwan Prasetya Adhi menambahkan, pengaliran gas melalui pipa Cisem dilakukan bertahap dan diharapkan pada tahap pertama dapat mencapai 70 MMSCFD.
Terkait Cisem, kata dia, BPH Migas bertugas menentukan besaran toll fee dan karena infrastruktur ini
"Dengan harga toll fee yang ekonomis, industri dan masyarakat pengguna gas melalui pipa Cisem mendapatkan harga yang lebih terjangkau, dan diharapkan dapat menarik investor yang lebih besar. Tentunya harapan yang lebih besar adalah pertumbuhan industri ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat," tambahnya.
Dalam kesempatan kunjungan ke pabrik keramik yang diproduksi PT Rumah Keramik Indonesia, anggota Komite BPH Migas Saleh Abdurrahman mengapresiasi upaya perusahaan dalam memproduksi keramik bagi kebutuhan dalam negeri.
"Kita harapkan industri keramik ini terus berkembang. Pasokan gas juga masih tersedia banyak, siap memenuhi kebutuhan konsumen," katanya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Pertamina Gas Gamal Imam Santoso mengucapkan terima kasih atas dukungan BPH Migas terhadap infrastruktur yang dibangun Pertagas untuk menyalurkan gas melalui pipa Cisem.
"Kehadiran BPH Migas merupakan wujud nyata dukungan terhadap Pertagas dan memastikan penyaluran energi melalui infrastruktur yang telah kita bangun handal terhadap konsumen, khususnya di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya. Kolaborasi ini memperkuat komitmen Pertagas menyediakan energi yang aman dan berkelanjutan untuk negeri ini," katanya.
Di sisi lain, Direktur PT Rumah Keramik Indonesia Surya Handoko meminta Pemerintah dapat memberikan harga gas yang kompetitif demi memajukan usahanya.
"Ketika perusahaan ini ground breaking, semua kompetitor menyatakan bahwa gas tidak mungkin mengalir dalam waktu dekat dan ternyata dapat mengalir tepat waktu. Saat ini, efisiensi energi kami mencapai 120% dan diharapkan dukungan Pemerintah dengan memberikan harga gas yang kompetitif. Sehingga, dapat meningkatkan produksi, serta menjadikan industri keramik sebagai tuan rumah di negaranya sendiri," pungkasnya.
(ncm/ega)