ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Selebgram Cut Intan Nabila muncul dan bersuara terkait KDRT yang dialaminya selama lima tahun. Cut Intan Nabila mengaku menderita memendam sendiri selama 5 tahun tindak KDRT yang dilakukan suami, Armor Toreador.
Selama lima tahun bergelut dengan sakit fisik dan batin, Cut Intan Nabila mengaku dulu pernah mencoba laporkan Armor Toreador ke polisi. Bahkan dia juga pernah mencoba datangi Pengadilan Agama.
"Ya, pernah sih sebenarnya ada upaya untuk melapor, cuma memang gagal. Pernah juga sudah dua kali ke pengadilan agama, cuma ya gagal juga," cerita Cut Intan Nabila ditemui di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, Minggu (18/8/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perasaan galau mengelilingi perempuan kelahiran 23 Maret 2001 itu. Perempuan yang juga akrab disapa Intan Nabila itu, mengatakan masih berharap suami berubah.
"Saya ingin berpikir pelaku KDRT ini kan, dulu saya nggak sadar nih, apakah dia bisa berubah atau nggak. Saya berpikir, berharap banget sebenarnya, kalau dia tuh berubah," ungkapnya.
"Cuman, terakhir itu karena saya merasa kalau melakukan itu bukan cuma mengancam nyawa saya, tapi juga nyawa anak-anaknya, dan teman-temannya. Jadi akhirnya saya memutuskan untuk melapor demi anak-anak saya juga," lanjut Cut Intan Nabila menjelaskan akhirnya dia baru berani melapor kali ini.
Intan Nabila gagal dan urung melaporkan Armor Toreador dahulu karena berpikir demi anak-anaknya. Hari ini, dia berani bersuara dan melaporkan suaminya itu juga karena anak-anak.
Cut Intan Nabila saat ini fokus untuk kelanjutan proses hukum tindak KDRT Armor. Dia berharap, perempuan yang bernasib sama sepertinya mau bersuara dan berjalan mencari keadilan untuk menindak tegas pelaku KDRT.
"Pasti di luar sana banyak banget perempuan seperti kita nih yang masih diam. Ayo kita sama-sama bersuara, ayo kita tindas segala kekerasan dalam rumah tanggga. Karena trauma itu sembuhnya lama. Jadi jangan sampai ada orang-orang yang masih kayak Intan yang dulu. Ayo sama-sama kita berjuang untuk keadilan, sama perempuan di Indonesia," tutup Cut Intan Nabila.
(pus/wes)