ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Wakil Ketua Umum Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan TNI-Polri (FKPPI) Bambang Soesatyo mengingatkan keluarga besar FKPPI untuk menerima kebinekaan. Serta memanfaatkanya sebagai kekuatan yang dapat mendorong kemajuan dan kesejahteraan bangsa.
Menurutnya, hal ini penting untuk mendukung kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto yang berasal dari KBA. Ketua MPR RI ini pun berpesan untuk membangun rasa saling pengertian dan kerja sama antar berbagai elemen masyarakat demi menciptakan masyarakat yang harmonis dan produktif, sehingga Indonesia semakin maju.
"Bagaimanapun, kemajemukan telah menjadi realitas dan fitrah kemanusiaan yang tidak mungkin kita pungkiri. Tantangan kita adalah menjadikan kebinekaan tersebut sebagai modal untuk menggerakkan berbagai kekuatan yang ada, agar saling bersinergi, bekerja sama dan bergotong royong untuk membangun bangsa," ujar Bamsoet dalam keterangannya, Rabu (28/8/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini ia sampaikan saat menjadi pembicara Sapa Pengurus Cabang Keluarga Besar FKPPI dari seluruh Indonesia secara daring. Ketua MPR RI ini menjelaskan para pendiri bangsa berhasil menjadikan perbedaan sebagai sebuah akar untuk persatuan dan menjanjikan sebagai ruh bagi perjuangan dalam mewujudkan sebuah identitas perjuangan bangsa.
Menurutnya, anugerah tersebut mengisyaratkan perlunya menghargai kemajemukan sebagai kekayaan dan kekuatan bagi bangsa Indonesia.
"Karena itu, kerukunan dalam kebinekaan haruslah menjadi kebutuhan bagi kita. Karena kebinekaan adalah unsur pembentuk bangsa. Kebinekaan bukan hanya fakta sosiologis yang hanya diterima sebagai sesuatu yang 'diberikan', tetapi harus terus menerus diperjuangkan," jelasnya.
Lebih lanjut, Bamsoet mengatakan bangsa Indonesia akan terus menghadapi tantangan seiring dinamika zaman dan pusaran peradaban global. Khususnya dalam menjaga keutuhan bangsa, baik tantangan yang berasal dari dalam maupun dari luar.
Tantangan dari dalam mewujud pada mulai lunturnya kepribadian dan jati diri bangsa, berkembangnya paham-paham yang mendorong disintegrasi sosial dan disintegrasi bangsa, berkembangnya budaya individualistis dan di saat bersamaan mengendurnya semangat kegotongroyongan, serta berbagai fenomena sosial lainnya yang mencerminkan semakin tipisnya soliditas kebangsaan.
"Sementara tantangan dari luar terkait dengan kondisi geografis serta kekayaan sumber daya alam yang menempatkan Indonesia sebagai 'center of gravity' komunitas global. Hal ini menjadikan bangsa Indonesia rapuh terhadap pengaruh dan infiltrasi asing," ujar Bamsoet.
"Jika kita lalai dan abai, bukan tidak mungkin kita akan menjadi sebuah bangsa paradoks yang hidup miskin di tengah kekayaan sumberdaya yang dimilikinya. Karenanya, penghormatan terhadap nilai kebhinekaan dalam bingkai NKRI menjadi syarat mutlak untuk menjaga kedaulatan kita sebagai sebuah bangsa," pungkasnya.
(ncm/ncm)