ARTICLE AD BOX
Ilustrasi.(Freepik)
PENGIRIMAN bahan kimia dari Tiongkok seharusnya tetap berada di dekat Bangkok. Namun, alat pelacak, yang dipasang otoritas narkotika Thailand berdasarkan informasi dari Badan Penegakan Narkoba AS, menunjukkan bahwa bahan kimia tersebut bergerak ke utara menuju perbatasan Myanmar sepanjang 2.400 kilometer.
Petugas antinarkotika Thailand meyakini bahan kimia tersebut akan digunakan untuk menyintesis metamfetamin, stimulan sangat adiktif yang membanjiri negara-negara di kawasan Asia-Pasifik. Mereka tahu bahwa di seberang perbatasan, perbukitan berhutan yang diperintah panglima perang didukung Tiongkok, terdapat tempat yang dianggap PBB sebagai pusat produksi metamfetamin terbesar di dunia.
Masalahnya--yang berulang kali melumpuhkan para penyelidik di masa lalu--ialah mandat mereka hanya mencegat obat-obatan terlarang, bukan bahan-bahan yang dapat membuatnya. Pelacak itu akhirnya mendeteksi gudang, beberapa menit dari penyeberangan ke Myanmar. Di kantor pusat Badan Pengawas Narkotika di Bangkok, para pemimpin mengeluarkan perintah kepada personel di perbatasan untuk menggerebek gudang itu.
Investigasi Washington Post menemukan bahwa sejumlah produsen Tiongkok mengirimkan bahan kimia dalam jumlah semakin besar yang dapat digunakan dalam produksi narkoba sintetis ke wilayah-wilayah Asia Tenggara yang tidak memiliki hukum. Wilayah ini menjadi tempat para panglima perang dan geng kriminal memproduksi dan memperdagangkan sabu dalam jumlah yang memecahkan rekor.
Krisis narkoba
Perdagangan itu, yang menjadi dasar krisis narkoba meningkat di seluruh Asia-Pasifik, meluas sebagian karena otoritas di Tiongkok tidak memenuhi standar internasional untuk mencegah aliran semacam itu atau mengindahkan seruan pemerintah lain untuk mengendalikan unsur-unsur kriminal dalam industri kimia kolosalnya. Demikian menurut dokumen yang diperoleh The Post.
"Tiongkok memperkuat sektor ini," tuding John Coyne, mantan pejabat kepolisian Australia yang sekarang menjabat sebagai direktur program keamanan nasional di Australian Strategic Policy Institute, sebagaimana dilansir dari The Post, Sabtu (8/11). Produksi industri sabu dari Asia Tenggara tidak akan mungkin terjadi tanpa industri dan kejahatan terorganisasi Tiongkok.
Investigasi didasarkan pada dokumen intelijen dari pemerintah di kawasan Asia-Pasifik, pengarahan penegak hukum, catatan bea cukai, dan bukti foto penyitaan bahan kimia, serta wawancara dengan lebih dari 40 orang yang terlibat atau memantau aliran narkoba. Investigasi tersebut menemukan kesamaan mencolok dan sebagian besar tidak dilaporkan antara situasi di Asia-Pasifik dan Amerika. Kolaborasi antara kartel Amerika Latin dan pemasok mereka dari Tiongkok menjadi inti krisis fentanil.
Beberapa perusahaan Tiongkok yang didakwa atau dikenai sanksi AS atas penjualan bahan kimia untuk membuat fentanil ialah entitas yang diidentifikasi badan-badan AS sebagai pemasok bahan baku metamfetamin ke Myanmar, kata beberapa pejabat penegak hukum AS di Asia Tenggara, berbagi informasi yang belum pernah dilaporkan ke publik. "Ada hubungan jelas dan konkret bahwa ini benar-benar merupakan satu pertarungan besar global," kata seorang pejabat yang berbicara dengan syarat anonim karena ia tidak berwenang membagikan detail investigasi yang berlangsung.
Tarif Trump
Presiden Donald Trump mengutip perdagangan Tiongkok atas bahan-bahan kimia ini, yang dikenal sebagai prekursor obat, sebagai alasan untuk putaran tarif pertamanya tahun ini. Ia menuduh Partai Komunis Tiongkok menyubsidi dan memberikan insentif untuk ekspor bahan itu sekaligus menyediakan tempat berlindung aman bagi produsen dan broker yang terlibat dalam industri ini.
Dalam pertemuan puncak dengan Trump di akhir Oktober, pemimpin Tiongkok Xi Jinping setuju menindak pengiriman prekursor fentanil ilegal, meskipun para analis skeptis akan ada perubahan berarti. Beijing sebelumnya menolak klaim bahwa mereka bertanggung jawab atas krisis narkoba di luar negeri dan berpendapat pihak berwenang memberlakukan peraturan lebih ketat terhadap prekursor narkoba. Kementerian Luar Negeri Tiongkok tidak menanggapi permintaan komentar.
Namun, para penyelidik dari lembaga penegak hukum AS, Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC), serta perusahaan intelijen dan manajemen risiko swasta menemukan semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa jaringan kejahatan terorganisasi di Asia Tenggara berhasil dengan mudah menghindari kontrol Tiongkok dan terus mendapatkan bahan baku dasar dari mitra di Tiongkok.
Para penyelidik mengatakan mereka menemukan puluhan perusahaan berlisensi di Tiongkok yang secara terbuka memperdagangkan bahan baku prekursor metamfetamin seperti efedrin dan pseudoefedrin di pasar daring. Perusahaan-perusahaan ini menawarkan dukungan logistik menyeluruh, termasuk penghindaran aturan bea cukai, dan hanya menghadapi sanksi terbatas, jika ada dari otoritas Tiongkok, bahkan ketika terungkap sebagai pemasok prekursor.
"Tsunami metamfetamin yang membanjiri Asia dipicu langsung oleh bahan kimia prekursor dari perusahaan-perusahaan Tiongkok," ujar Brandon Yoder, mantan wakil asisten menteri di Biro Narkotika Internasional dan Penegakan Hukum Departemen Luar Negeri AS.
Produsen Tiongkok
Para pejabat dari PBB dan organisasi multilateral lain memperingatkan pemerintah-pemerintah Asia Tenggara bahwa produsen Tiongkok ialah sumber terpenting dari bahan kimia prekursor yang mengalir ke Myanmar, mesin utama produksi metamfetamin di kawasan itu. Di Thailand, negara transit utama bahan kimia ini ke Myanmar, badan-badan antinarkotika mengatakan tantangannya sangat besar.
Operasi di perbatasan, yang dilakukan pada Oktober 2024, merupakan salah satu dari selusin penyitaan bahan kimia besar dalam setahun terakhir. Seorang mayor polisi di Departemen Investigasi Khusus Kementerian Kehakiman Thailand, Worranan Srilum, mengatakan ini bagian dari upaya baru yang menyasar bahan-bahan prekursor.
Di antara 800 ton bahan kimia yang disita dalam penyitaan itu yaitu toluena yang membantu memurnikan kristal sabu, pelarut aseton yang digunakan dalam pembersihan dan persiapan; dan natrium hidroksida untuk reaksi kimia dalam sintesis sabu. Namun, lanjut Worranan, membuktikan bahwa senyawa-senyawa ini dipindahkan untuk produksi narkoba cukup sulit. Setahun setelah penyelidikan, belum ada tuntutan yang diajukan.
UNODC melaporkan rekor 236 ton sabu disita di Asia Tenggara dan Timur tahun lalu alias naik 24% dari tahun sebelumnya. Sumber utama, kata PBB, ialah negara bagian Shan di timur Myanmar, wilayah hutan pegunungan terlarang dan berbatasan dengan Tiongkok.
Wilayah itu diperintah beragam pemberontak etnis. Yang paling kuat di antara mereka ialah Tentara Negara Bagian Wa Bersatu (UWSA). Kelompok tertutup ini ditetapkan AS sebagai pengedar narkotika dan dianggap lembaga pemikir dan peneliti Washington sebagai proksi Tiongkok.
Komandan UWSA
Menurut laporan Departemen Luar Negeri dan Departemen Keuangan AS, banyak komandan di UWSA, yang berakar dari Partai Komunis Burma, berbahasa Mandarin, dan memiliki kewarganegaraan Myanmar dan Tiongkok. Tiongkok membantah telah mempersenjatai UWSA.
Namun, pada parade militer UWSA pada 2019 memamerkan peralatan Tiongkok. Para pejabat senior Tiongkok, termasuk utusan Tiongkok untuk Asia Tenggara, duduk di samping pemimpin kelompok pemberontak, Bao Youxiang, yang juga dikenal sebagai Pao Yu Hsiang. Ia didakwa AS atas tuduhan perdagangan heroin dan metamfetamin.
Setidaknya delapan komandan milisi tersebut dicari AS atas kejahatan narkoba, meskipun UWSA secara resmi membantah terlibat dalam narkotika. Seorang jurnalis yang bertahun-tahun mewawancarai orang-orang yang dekat dengan kelompok tersebut, termasuk mantan tentara dan penasihat, Patrick Winn, mengatakan UWSA pertama kali memasuki perdagangan narkoba dengan menyediakan lahan, keamanan, dan dukungan logistik kepada sindikat narkoba Tiongkok yang bermigrasi dari daratan untuk menghindari Partai Komunis Tiongkok (PKT).
Winn mengatakan, dasar dari kesepakatan itu ...

3 weeks ago
10






















:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5384307/original/035211400_1760767453-Putri_Ariani.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5379861/original/021840100_1760403754-image_2025-10-14_074049804.jpg)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5385236/original/040525100_1760891904-WhatsApp_Image_2025-10-19_at_23.25.05.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3510110/original/001314400_1626236906-taeil-2.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5383212/original/037461300_1760651751-WhatsApp_Image_2025-10-16_at_12.59.34.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5378192/original/071718800_1760218953-AP25284771152200__1_.jpg)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5381829/original/005725100_1760518725-zulfugar-karimov-B9klYJqQ4DU-unsplash.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5378723/original/058292000_1760316350-Genshin_Impact_update_6_1_01.jpg)

:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/5379498/original/096397500_1760347998-Vivo_X300_01.jpeg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4485191/original/038254900_1687957734-000_32FR73A.jpg)
