Menembus Lumpur Longsor Pasaman: Kisah Yusmidar Berpegangan pada Kayu Mencari Anak-anaknya

11 hours ago 4
ARTICLE AD BOX
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
 Kisah Yusmidar Berpegangan pada Kayu Mencari Anak-anaknya Yusmidar (50), warga Padang Laweh, Tinggam, Jorong Harapan, Nagari Sinuruik Kecamatan Talamau, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat menirukan gerakannya ketika menyelamatkan anak dan ayahnya dari genangan lumpur longsor yang terjadi Jumat (28/11/2025).(ANTARA/Altas Maulana.)

KETIKA longsor menghantam rumahnya sebelum subuh, Yusmidar terombang-ambing dalam lumpur setinggi leher. Di antara puing dan kegelapan, tangannya menangkap sebatang kayu, penopang terakhir yang membuatnya tetap berdiri untuk mencari anak-anaknya.

Yusmidar menceritakan kejadian malam itu kepada Antara, Sabtu (7/12). Momen saat hantaman longsor yang begitu dahsyat menerjang rumahnya Padang Laweh, Tinggam, Jorong Harapan, Nagari Sinuruik, Pasaman Barat, Sumatra Barat,

Hujan turun tanpa jeda ketika dini hari merayap pada Jumat (28/11). Di sebuah rumah sederhana di lereng, Yusmidar terjaga. Hatinya gelisah, entah oleh suara hujan, entah kesedihan yang masih terasa sejak ia kehilangan suaminya lima bulan lalu.

Di sampingnya, bocah bungsu Asyifa Nur Rahmadhani yang baru berusia delapan tahun tampak gelisah.

"Ada apa nak," tanya Yusmidar.

Anaknya menjawab ayahnya yang baru lima bulan meninggal itu memanggil minta tolong hampir tiga kali.

"Kenapa abak (ayah) memanggil mak (ibu)?" kata bocah yang biasa dipanggil Syifa itu.

"Perasaan Syifa saja, mana mungkin Abak memanggil," jawab Yusmidar.

Namun sebelum napas mereka sempat teratur kembali, suara jeritan kecil itu pecah. 

Suara gemuruh datang seperti badai dari bawah tanah. Hantaman keras menyusul, seolah ada gunung yang runtuh tepat di samping rumah mereka. Dalam hitungan detik, kegelapan menelan seisi ruangan. Lumpur bercampur air naik, menyergap hingga setinggi leher.

Dengan napas tersengal ia meraba-raba dalam gelap, tangan berpegangan pada sebatang kayu yang tersangkut. Di tengah deras lumpur itu, ia memanggil nama anak-anaknya berulang kali. Tak ada sahutan. Hanya suara air yang menghantam, seolah menelan segala harapan.

"Beruntung saya bisa memegang kayu yang tersangkut dan bisa jadi tempat berpegangan. Saat itu yang teringat hanya anak-anak saya," kata dia.

"Waktu itu saya sudah pasrah dan mengira anak-anak dan ayah saya sudah hanyut," kenang Yusmidar dengan suara lirih.

Tetapi di tengah gemuruh itu, suara pelan menyelinap.  "Mak, ini Azis."

Suara itu seperti cahaya kecil di malam yang tertutup lumpur. Yusmidar meraba ke arah yang ia kira menjadi sumber suara. Ia menarik tubuh Azis, yang sudah tertutup lumpur hingga ke kepala. Nafas putranya yang berusia 15 tahun itu tersengal.

Setelah Azis selamat, ia kembali meraba, bergerak perlahan sambil tetap berpegangan pada kayu di satu sisi. Ia memanggil anak-anaknya dengan sisa suara.

Beberapa saat kemudian, yang ia rasakan sepanjang hidupnya, suara kecil muncul lagi. “Mak… Syifa di sini… Tolong” suara putrinya, sayup, nyaris hilang.

Dengan tangan gemetar, Yusmidar menggapai apa pun yang mungkin tubuh anaknya. Jemarinya akhirnya menyentuh baju tipis yang basah dan berat karena lumpur. Ia mengangkat tubuh kecil itu perlahan, takut merusak sisa napasnya yang lemah.

Tak lama, warga berdatangan membawa lampu dan alat seadanya. Bersama-sama, mereka mencari dua anaknya yang lain, Akbar, 17, dan Anton, 22. Dalam malam yang penuh kecemasan, keduanya ditemukan dalam keadaan selamat.

Masih satu lagi yang harus dicari, ayah Yusmidar, Amirudin, 75, yang sedang sakit stroke dan tak mampu berjalan.

Namun dengan bantuan warga, Amirudin ditemukan tertimbun lumpur, masih bernyawa. Tubuh tuanya ditarik perlahan dan dibawa ke tempat aman.

Rumahnya hilang ditelan longsor. Tapi nyawa keluarganya kembali. "Awalnya saya sudah pasrah, namun Allah masih sayang pada kami dan berhasil diselamatkan," kata Yusmidar yang kini mengungsi di sebuah musala bersama warga lainnya.  

Namun tidak semua keluarga di Sinuruik seberuntung itu. Dari lima orang yang tertimbun longsor malam itu, dua ditemukan dalam keadaan meninggal yaitu Yelma Yunita, 41, dan Raffael Gusti Pratama, 7. Tiga lainnya, Dian Fernanda, 24, Amrizal, 38, dan Nurhayati, 35, masih dicari hingga hari ke-10, Minggu (6/12). 

Longsor Tinggam bukan longsor kecil. Bentangannya mencapai satu kilometer, dengan tinggi tebing longsoran lebih dari 10 meter. Lumpur tebal, hujan yang tak kunjung berhenti, dan medan yang sulit membuat pencarian berjalan lambat.

Tim gabungan mulai dari Basarnas, BPBD, TNI, Polri, PMI, kecamatan, nagari, relawan terus bahu membahu mencari korban. 

Bupati Pasaman Barat, Yulianto, mengharapkan doa semua pihak agar pencarian korban dapat membuahkan hasil.

Para keluarga korban juga telah diungsikan dan dibantu. Termasuk korban yang selamat.

Para pengungsi juga mendapat perhatian. Wakil Bupati M. Ihpan memastikan kebutuhan darurat tersedia, termasuk kursi roda untuk Amirudin yang selamat dari lumpur.

Di luar lokasi longsor, banjir merendam banyak wilayah Pasaman Barat. Hingga Sabtu (6/12) malam, puluhan ribu warga mengungsi. Rumah-rumah rusak, jembatan putus, sekolah terendam, sawah hancur. Total empat orang meninggal, tiga hilang, dan lima luka-luka.

Bencana ini meninggalkan jejak yang panjang di sepanjang nagari dan jorong.

Namun bagi Yusmidar, ada satu hal yang tak akan pernah ia lupa: sebatang kayu yang ia genggam malam itu.

Kayu sederhana yang menghentikan tubuhnya dari hanyut. Kayu yang memberinya waktu untuk mendengar suara-suara kecil yang memanggil dalam gelap. Kayu yang menjadi batas antara hidup dan kehilangan. (Ant/P-4)
 

Read Entire Article