ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Pernah membayangkan bagaimana kehidupan astronot di luar angkasa? Ternyata makanan yang disantap tanpa gravitasi memiliki rasa yang hambar karena hal ini.
Menjadi seorang astronot yang bisa pergi ke luar angkasa menjadi salah satu profesi yang banyak diminati anak-anak. Konon pelatihan panjang harus dilalui para astronot sebelum ditugaskan terbang ke luar angkasa.
Tidak adanya gravitasi bumi membuat manusia butuh adaptasi yang lebih banyak agar tetap hidup dengan sehat. Gambaran bahwa kehidupan astronot selalu melayang-layang juga identik dengan film-film yang membahas tentang luar angkasa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas bagaimana cara para astronot menyantap makanannya? Beberapa peneliti mengatakan bahwa makanan yang dinikmati astronot rasanya hambar dan tak enak.
Baca juga: Miris! Nasi Kotak Atlet PON Aceh-Sumut Terlalu Sederhana
Para peneliti menyebut rasa makanan yang dinikmati di luar angkasa cenderung hambar. Foto: Istimewa
Melansir Space (19/7) para peneliti yang mengamati tentang aroma makanan menyebut makanan di luar angkasa terasa hambar. Bahkan para astronot yang menghabiskan bertahun-tahun hidupnya di angkasa dikatakan mengalami kekurangan nutrisi.
Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT) di Australia menemukan efek dari gravitasi menurunkan indera manusia juga berdampak pada rasa makanan. Begitu pula dengan suasana yang sendirian dan kesepian juga dikatakan memengaruhi para astronot dalam menikmati rasa makanan.
"Kami berusaha melihat masa dengan dengan misi Artemis yang tak akan menjadi misi panjang lagi, bertahun-tahun lamanya, ketika pergi ke Mars. Sehingga kami butuh mengatasi masalah tentang diet dan makanan serta bagaimana para astronot berinteraksi dengan makanannya," jelas Gail Iles, mantan instruktur astronot juga peneliti dari RMIT School of Science.
Para ahli gizi dan peneliti sependapat bahwa astronot tetap harus makan enak pun memenuhi nutrisi yang dibutuhkan tubuh mereka. Kekurangan nutrisi yang berkepanjangan hanya akan meningkatkan risiko pada misi penjelajahan ruang angkasa yang panjang.
Dikhawatirkan pula jika para astronot tak dapat menikmati makanannya dan mengalami kekurangan nutrisi. Foto: Istimewa
Menggunakan bantuan teknologi virtual reality (VR) para peneliti mencoba melakukan stimulasi seolah-olah sama persis dengan di luar angkasa. Para partisipan dipersilahkan untuk mencicipi ekstrak vanila almond dan minyak esensial dari lemon.
Hasilnya aroma vanilla almond masih berhasil dirasakan dengan intense pada ruangan stimulasi, sementara aroma lemonnya juga sedikit bertahan. Percobaan atas dua rasa tersebut membuktikan bahwa kandungan benzaldehida berperan dalam persepsi intensitas aroma.
Kemudian ditemukan pula ketika tubuh astronot tidak terkena gravitasi kandungan cairan akan naik ke bagian tubuh paling atas. Efeknya beberapa anggota tubuh akan mengalami pembengkakan yang juga mengganggu indera perasa mereka.
"Salah satu tujuan jangka panjang dari penelitian ini adalah untuk membuat makanan yang disesuaikan untuk astronot, sehingga orang-orang yang berada di ruangan yang terisolasi dapat tetap mengonsumsi makanan dengan enak dan kandungan nutrisi 100%," ungkap Julia Low, selaku pemimpin penulisan penelitian RMIT.
(dfl/odi)