ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Insiden tragis dampak buruk dari kerja berlebihan terjadi di China. Seorang pria berusia 30 tahun meninggal karena gagal organ setelah bekerja keras selama 104 hari dengan hanya satu hari istirahat.
Dilaporkan South China Morning Post, pria yang diidentifikasi sebagai A'bao, terjangkit infeksi pneumokokus yang menyebabkan dirinya meninggal pada Juni 2023.
Perlu diketahui, A'bao telah menandatangani perjanjian kontrak dengan sebuah perusahaan pada Februari tahun lalu, yang berkomitmen untuk mengerjakan sebuah proyek hingga Januari tahun ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah penandatanganan kontrak, A'bao sebagai pelukis ditugaskan menyelesaikan proyek kerja yang berlokasi di Zhoushan, sebuah kota di provinsi Zhejiang, China timur. Ia kemudian menjalani jadwal kerja yang melelahkan, bekerja setiap hari selama 104 hari berturut-turut dari Februari hingga Mei tahun lalu, dengan hanya satu hari istirahat pada tanggal 6 April.
Sempat Ambil Cuti Sakit
Pada tanggal 25 Mei, ia akhirnya mengambil cuti sakit lantaran merasa tidak enak badan dan beristirahat di asramanya. Akan tetapi, kondisinya semakin memburuk.
Pada tanggal 28 Mei, ia harus dilarikan ke rumah sakit oleh rekan-rekannya. Dokter mendiagnosisnya dengan infeksi paru-paru dan gagal napas. Ia meninggal pada tanggal 1 Juni.
Setelah kematiannya, keluarganya mengajukan gugatan terhadap atasannya, dengan tuduhan kelalaian berat. Tindakan hukum tersebut dilakukan setelah pejabat jaminan sosial secara kontroversial memutuskan bahwa kematian A'bao tidak dapat diklasifikasikan sebagai cedera terkait pekerjaan, dengan alasan waktu kematiannya.
Namun, keluarganya berpendapat bahwa waktu kerja berlebihan yang berkepanjangan dan kurangnya istirahat berkontribusi langsung terhadap kematian A'bao.
Di sisi lain, perusahaan mengklaim bahwa beban kerja yang dialami A'bao adalah wajar. Pihak perusahaan juga mengklaim beban kerja tambahan apa pun bersifat sukarela. Lebih jauh, perusahaan menyalahkan kondisi kesehatan A'bao yang sudah ada sebelumnya dan menuduh bahwa kegagalannya untuk mencari perawatan medis tepat waktu memperburuk situasinya.
Keputusan Pengadilan
Pengadilan China memutuskan mendukung keluarga pelukis itu, dengan menyatakan atasan A'bao bertanggung jawab sebesar 20 persen atas kematiannya.
Pengadilan juga memutuskan bahwa A'bao meninggal karena kegagalan beberapa organ akibat infeksi pneumokokus, yang sering dikaitkan dengan sistem kekebalan tubuh yang melemah.
Pengadilan juga memutuskan bahwa masa kerja A'bao yang diperpanjang selama 104 hari berturut-turut merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap Undang-Undang Ketenagakerjaan China, yang secara eksplisit menetapkan maksimal 8 jam kerja per hari dan rata-rata 44 jam per minggu.
(suc/naf)