ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Warga Jakarta Selatan, Suhendri Ardiansyah atau Hendri (27) disekap dan disiksa di Myanmar usai dijanjikan bekerja dengan gaji tinggi. Mirisnya, tawaran pekerjaan itu didapati dari Risky, yang telah dianggap Hendri sebagai sahabat.
Yohana Apriliani (35), sepupu Hendri mengatakan pihak keluarga awalnya tak menaruh curiga apapun atas tawaran pekerjaan dari Risky. Sebagaimana diketahui, Hendri awalnya diajak temannya bernama Risky bekerja di Thailand dengan gaji USD 10 ribu atau Rp 150 juta.
"Hendri sih izinnya pastinya sama bapaknya, sama orang tua-nya, dia bilang mau diajak kerja sama Risky. Kebetulan bapaknya Hendri ini kenal memang sama si Risky, makannya bapaknya pun mengizinkan ikut sama Risky," kata Nana kepada wartawan di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (16/8/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati begitu, keluarga tak mengetahui lebih detail mengenai kelengkapan berkas dan perjanjian kerja yang akan dijalani Hendri. Keluarga hanya tahu seluruh kebutuhan keberangkatan Hendri ke Thailand diurus oleh Risky. Hingga akhirnya Hendri meninggalkan Indonesia pada 11 Juli 2024.
"Kurang tau, yang pasti bukan PT atau yayasan sih kayaknya. Perorangan itu aja, si Risky aja. Semua tiket keberangkatan ditanggung Risky semua," ungkap Nana.
"Sebenarnya waktu Hendri berangkat ada tiga yang mau berangkat nih, cuma yang dua itu nggak jadi entah kenapa, akhirnya si Hendri doang yang berangkat," tambah dia.
Namun, setelah mengetahui kondisi yang dialami Hendri, Nana menyebut keluarga mulai khawatir. Ditambah, ada kabar bahwa Risky telah kembali ke Indonesia pada 30 Juli 2024.
"Memang itu yang dipertanyakan, si Hendri berangkat kesana si Risky balik ke Jakarta," ucap Nana.
Nana mengaku pihaknya sempat bertanya kepada Risky perihal alasannya kembali ke Tanah Air. Risky, kata Nana, berdalih kabur karena takut mengalami penyiksaan seperti Hendri.
"Keterangan Risky ya ke keluarga dia kabur, karena takut nasibnya seperti Henri katanya," cerita Nana.
"Dia bilang dia sempat komunikasi juga beberapa kali sama si Hendri, (soal) keadaan dia di sana, disekap, disiksa, dimintai tebusan. Makannya si Rizky itu takut, alasan dia sih mau kabur ke Indonesia mau minta bantuan sama pemerintah dan kepolisian di Indonesia. Cuma kayaknya sejauh ini dia belum bergerak lapor kemana-mana," sambungnya.
Keluarga menaruh curiga adanya indikasi 'tukar kepala' antara Hendri dan Risky. Meski begitu, Nana enggan berspekulasi lebih jauh dan berharap Hendri bisa segera pulang ke Indonesia.
"Sepertinya kecurigaannya sih seperti itu, tukar kepala," pungkas Nana.
Nana memastikan pihaknya telah berupaya meminta bantuan dari Kementerian Luar Negeri dan Polri. Namun hingga kini belum ada titik terang untuk memulangkan Hendri dari Myanmar.
Hendri Disekap-Keluarga Diminta Tebusan
Nana menuturkan terakhir berkomunikasi dengan Hendri pada Rabu (14/8) lalu. Saat itu Hendri kembali dipaksa untuk meminta uang tebusan.
Adapun nominalnya sebesar Rp 18 juta. Uang itu dimintakan dengan janji agar Hendri tidak disiksa setiap hari. Namun, jika tak dikirim, Hendri diancam akan terus disiksa.
"Pas hari Rabu nelpon dia, masih tetap disuruh minta kirimin uang. Karena nggak ada uang masuk dia dapat pukulan," ungkap Nana.
"Terakhir itu dia dapat pukulan itu jam dua malam. Dia lagi mulai mau tidur di toilet, dia langsung ditarik, dibawa ke sebuah ruangan yang berisi 7-8 tentara dan beberapa bos bos. Dia disitu dipukul, tangannya diborgol, mukannya ditutup kantong kresek dan kakinya itu dihajar pakai stick Baseball," sambungnya.
Bahkan, kata Nana, Hendri mengaku mengalami mati rasa akibat siksaan yang dilakukan terus-menerus.
"Jadi dari pinggang ke bawah yang dihajar, sampai dia bilang kakinya itu kayak mati rasa. Benar-benar kaki dia kayak buntung gitu, nggak ada rasanya," kata Nana menceritakan.
Nana berujar, Hendri juga beberapa kali mengatakan bahwa dia hampir putus asa atas persoalan yang menimpa dirinya. Sebab, hingga kini tak ada titik terang yang terlihat meski segala hal telah diupayakan.
"Mungkin Hendri pasrah kata dia, untuk minta tebusan sampe dari ratusan sampe puluhan juta pun kan keluarga nggak bisa kan. Mungkin dari situ dia bilang udah pasrah gitu dia disana," ujar Nana.
(ond/idn)