ARTICLE AD BOX
Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia terus berusaha mempercepat adopsi produk inovasi dalam negeri, khususnya alat kesehatan seperti ventilator dan mesin anestesi. Meski mulai ada produk lokal yang memenuhi standar kualitas dan keamanan, tantangan besar tetap ada di lapangan yang menghambat pemanfaatan alat tersebut secara maksimal di fasilitas kesehatan.
Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Solehan menyebut, salah satu hambatan utama adalah persepsi di berbagai fasilitas kesehatan, produk buatan dalam negeri belum sebanding dengan produk impor.
"Meskipun inovasi lokal sudah memenuhi standar, banyak tenaga kesehatan yang masih ragu menggunakan alat buatan negeri karena persepsi kualitas yang belum sepenuhnya terbentuk," kata Solehan dalam peluncuran ventilator dan mesin anestesi di Graha Teknomedika, Depok, Senin (8/9/2025).
Ia menambahkan, solusi yang bisa ditempuh adalah kebijakan pengenalan awal atau early adoption, di mana produk lokal dikenalkan secara langsung kepada tenaga kesehatan melalui proses pendidikan dan pelatihan.
"Dengan cara ini, mereka jadi terbiasa menggunakan produk lokal, sehingga kepercayaan terhadap kualitasnya pun akan meningkat," jelas Solehan.
Selain itu, proses perizinan dan sertifikasi yang rumit juga menjadi hambatan. Uji klinis dan uji validasi teknis memakan waktu dan biaya cukup besar, sehingga pelaku industri sering merasa terkendala. Menanggapi hal ini, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menerbitkan pedoman hilirisasi produk inovasi sebagai langkah mempercepat proses dan memudahkan industri untuk mendapatkan izin.
"Ini merupakan langkah nyata agar produk inovatif bisa lebih cepat masuk pasar, sekaligus ikut memperkuat ekosistem inovasi alat kesehatan nasional," tambah Solehan.
Tak hanya regulasi dan persepsi, tantangan lain yang cukup nyata adalah keterbatasan rantai pasok komponen dan bahan baku medis grade lokal yang saat ini belum sepenuhnya mandiri. Pemerintah dan industri pun dihadapkan pada kebutuhan memperkuat ekosistem produksi dan supply chain agar industri alat kesehatan dalam negeri mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri secara berkelanjutan.
Di sisi lain, kolaborasi lintas pihak menjadi langkah penting untuk mendorong penggunaan alat kesehatan buatan dalam negeri. Pemerintah, melalui Kemenperin dan Kemenkes terus memperkuat program seperti P3DN dengan regulasi yang mendesak penggunaan produk lokal di seluruh fasilitas kesehatan. Selain itu, promosi produk lewat e-katalog, pameran, dan kegiatan business matching turut diperkaya agar para pelaku industri semakin yakin dan termotivasi memproduksi alat kesehatan yang berkualitas.
Sementara dari sisi industri, peningkatan kualitas dan inovasi produk merupakan prioritas utama. Asosiasi profesi seperti PERDATIN memegang peran penting dalam memberikan masukan teknis, membantu uji coba, maupun edukasi tenaga medis mengenai penggunaan produk lokal.
"Kerja sama yang solid antara pemerintah, industri, dan asosiasi profesi seperti PERDATIN harus terus diperkuat. Dengan saling mendukung dan menghadirkan ekosistem inovasi yang terintegrasi, saya yakin penggunaannya akan meningkat dan berkelanjutan," sebut Solehan.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Dukung TKDN, Produsen Alkes Masih Terkendala Bahan Baku